Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya Ke 3

Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya Ke 3 selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi penerangan memungut. Beberapa penerangan lainnya bisa kalian dapatkan disini lewat baik.
Bagi atau bisa juga dikatakan perincian gangguan reproduksi pada ternak sapi yng ke 3 merupakan penyebabnya yaitu oleh Infeksi Organ Reproduksi. Bagi atau bisa juga dikatakan perincian kamu yng belum membaca gangguan yng pertama bisa membacanya dibawah ini:
Gangguan Reproduksi Pada Sapi Serta Cara Penanganannya
serta gangguan yng ke 2 merupakan:
Gangguan Reproduksi Pada Sapi Serta Cara Penanganannya Ke 2
Infeksi Organ Reproduksi Ganguan reproduksi yng penyebabnya yaitu infeksi dibagi selaku 2, yakni infeksi nonspesifik serta spesifik. Infeksi nonspesifik yng kerap terlaksana antaralain Endometritis, Piometra serta Vaginitis. Endometritis umumnya penyebabnya yaitu terkontaminasinya endometrium (dinding rahim) yang dengannya banyak sekali mikroorganisme selama masa puerpurium (masa nifas). Piometra sepatutnya pengumpulan sejumlah eksudat purulen internal lumen uterus (rongga rahim) umumnya pun dijumpai adanya korpus luteum persisten pada satu dari sekian banyaknya ovariumnya. Sedangkanan Vaginitis sepatutnya peradangan pada vagina, umumnya menjdai penjalaran dari metritis serta pneumovagina ataupun bisa penyebabnya yaitu oleh tindakan penanganan masalah reproduksi yng tak pas
Penyakit gangguan reproduksi yng penyebabnya yaitu oleh infeksi spesifik selaku perhatian besar. Hal ini memanglah telah selaku tugas laboratorium perincian atau bisa juga dikatakan perincian melihat penyebab penyakit secara spesifik. Penyakit gangguan reproduksi yng penyebabnya yaitu oleh agen infeksi spesifik dibagi selaku seputar kategori, yakni yng penyebabnya yaitu oelh bakteri, virus, protozoa (parasit), serta jamur. Selanjutnya bakal diuraikan banyak sekali penyakit yng memicu penyakit gangguan reproduksi didasari kategorinya:
Bakterial 1. Brucellosis Penyakit yng penyebabnya yaitu oleh bakteri Brucella abortus ini seringkali memicu fenomena keguguran pada ternak yng bunting. Umumnya keguguran terlaksana pada umur kebuntingan 7 bulan. Angka kematian induk Amat kecil ataupun tak terlaksana, bakal tetapi kerugian ekonomi yng ditimbulkan Amat besar berupa keluron buah hati, buah hati lahir lemah serta lantas mati, serta gangguan instrumen reproduksi yng memicu kemajiran, serta pada sapi perah Suka terlaksana penurunan produksi susu.
Spesies bakteri Brucella yng Suka selaku masalah merupakan; Brucella melitensis menyerang kambing, Brucella abortus menyerang sapi, serta Brucella suis menyerang babi. Brucellosis ini mampu pun menyerang kita-kita. Penularan kepada kita-kita terlaksana lantaran minum susu yng tak dimasak sempurna, lantaran menolong kelahiran sapi ataupun menangkap plasenta yng tertinggal.
Penularan Brucellosis umumnya terlaksana secara oral, lewat hidung ataupun indra penglihat. Selain itu penularan bisa pun terlaksana secara congenital dimana buah hati yng dilahirkan dari induk penderita, cenderung selaku latent carier serta bakal mengalami abortus pada era terlaksana kebuntingan yng pertama. Pada era keguguran, fetus serta membrannya menyimpan kandungan kagak terbatas kuman serta selaku sumber penularan. Penyebaran Brucellosis di Indonesia diketahui dibeberapa pulau semisal Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera.
2. Leptospirosis Penyebab yakni Leptospira pomona, Leptospira gripothyposa, Leptospira conicola, Leptospira hardjo. Cara penularannya lewat kulit terbuka/selaput lendir (mulut, pharynx, hidung, indra penglihat) lantaran konta yang dengannya makanan serta minuman yng tercemar. Gejala yng nampak diantaranya: anoreksia (tak mau makan), produksi susu turun, abortus pada pertengahan kebuntingan serta umumnya terlaksana retensi placenta, metritis serta infertilitas. Pengendalian fenomena penyakit leptospirosis meliputi sanitasi yng baik, isolasi hewan yng sakit serta hindari pakan serta minuman dari pencemaran, vaksinasi yang dengannya serotipe (jenis) leptospiora yng ada di daerah yang telah di sebutkan. Pengobatan yang dengannya antibiotik dosis tinggi, 3 juta IU penicillin serta 5 gram streptomycin (2xsehari).
3. Vibriosis Penyebabnya merupakan Vibrio fetus veneralis ataupun Campylobacter foetus veneralis. Bisa menular melaui perkawinan yang dengannya pejantan tercemar. Gejala yng timbul diantaranya: endometritis serta kadang-kadang salpingitis denga leleran mukopurulen, siklus estrus diperpanjang + 32 hari, kematian embrio, abortus pada trisemester 2 kebuntingan serta terjadinya infertilitas lantaran kematian embrio dini. Pengendaliannya yakni yang dengannya cara IB yang dengannya semen sehat, istirahat kelamin selama 3 bulan pada hewan yng terinfeksi, vaksinasi yang dengannya bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan ataupun setiap tahun. Pengobatan yang dengannya infusi (pemasukan) antibiotika spektrum luas secara intra uterin, injeksi pejantan yang dengannya dihydrostreptomisin dosis 22 mg/kg BB secara subcutan.
4. Tuberkulosis Penyebabnya merupakan Mycobakterium bovis. Bisa menular lewat ekskresi, sputum (riak), feses, susu, urin, semen, traktus genitalis (saluran kelamin), pernafasan, ingesti serta perkawinan yang dengannya hewan yng sakit. Gejala yng nampak diantaranya: abortus, retensi plasenta, lesi uterus bilateral, salpingitis serta adhesi (perlekatan) celah uterus. Penanganan serta pencegahan diantaranya yang dengannya sanitasi sangkar serta lingkungan, pengobatan yang dengannya antibiotika, isolasi hewan yng terinfeksi serta vaksinasi. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong
Jamur Penyebab utama abortus merupakan Aspergillus fumigatus. Selain itu pun mampu penyebabnya yaitu oleh Mucorales. Terdapat dua jalur utama penularan, 1). lewat inhalasi, masuk paru serta mengikuti peredaran darah sampai ke plasenta serta memicu abortus. 2). Melalui ingesti, memicu radang pada rumen, mengikuti peredaran darah menuju plasenta serta memicu keradangan menjadikan terjadilah abortus. Gejala yng nampak diantaranya : abortus pada 5-7 bulan kebuntingan, fetus mengalami autolisis/ lahir lemah, membran fetus (bengkak, nekrotik, lesi plasentoma, kotiledon serta karuncula bengkak, oedem serta nekrotik).
Penanganan yng bisa di lakukan yakni yang dengannya mempergunakan preparat antijamur serta perbaikan manajemen secara keseluruhan meliputi perbaikan pakan serta manajemen kebugaran atau kesehatan yng baik meliputi sapi, sangkar serta lingkungannya.
Selain gangguan reproduksi yng penyebabnya yaitu oleh faktor diatas berikut kondisi patologis yng berhubungan yang dengannya masalah reproduksi, yakni: Prolaps Vagina Cervix, Distokia, Retensi Plasenta, Torsi Uterus, Maserasi Fetus, Mummifikasi Fetus serta Hernia Uterina.
Bagi atau bisa juga dikatakan perincian Materi yng Keempat ataupun yng yang terakhir ihwal Gangguan Reproduksi Sapi Akibat Kesalahan Manajemen bisa dibaca dibawah ini Baca Pun:
Sumber: Ratnawati, D., Wulan C. P., Serta Lukman A. S. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian Serta Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Serta Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Loka Penelitian Sapi Potong Jln. Pahlawan Grati No. 2 Grati Pasuruan 67184. Isbn 978-979-8308-69-7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( RRA DAN PRA )

PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK DENGAN BERBAGAI MACAM RUMUS

RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA DECUMBENS)