Laporan Praktikum KESEHATAN TERNAK

Laporan Praktikum KESEHATAN TERNAK seperti pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi kabar merampas. Beberapa kabar lainnya bisa kalian dapatkan disini demi baik.
Manajemen pemeliharaan yng baik, khususnya program kebugaran atau kesehatan ternak seperti hal yng paling mendasar jatah atau bisa juga dikatakan jatah menaikan produksi. Pemeriksaan kebugaran atau kesehatan ternak itu sendiri meliputi pemeriksaan fisik serta pemeriksaan sistema. Kebugaran atau kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan yang dengannya seluruh sel yng menyusun serta cairan tubuh yng kandungannya secara fisiologis fungsi normal. Kerusakan sel mana tahu terlaksana secara normal menjdai akibat proses pertumbuhan yng dinamis demi kelangsungan hidup, menjadikan terlaksana pergantian sel tubuh yng rusak ataupun mati jatah hewan yng sehat. Kerusakan mana tahu saja tak mengalami pergantian jatah hewan yng mengalami gangguan lantaran serangan penyakit ataupun gangguan lain yng rusak fungsi sel serta jaringan. Pencegahan penyakit merupakan suatu tindakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah menjaga individu terhadap serangan penyakit ataupun menurunkan keganasannya. Vaksin selayaknya satu dari sekian banyaknya diantara banyak sekali cara yng efektif jatah atau bisa juga dikatakan jatah menjaga individu terhadap serangan jenis banyak sekali jenis penyakit tertentu. Tindakan vaksinasi merupakan satu dari sekian banyaknya bisnis agar hewan yng divaksinasi menyimpan daya kebal menjadikan terlindung dari serangan penyakit. Protozoa selayaknya komponen dari hewan yng simpel. Tubuh nya walaupun komplek, tersusun dari sel tunggal serta hampir semuanya menyimpan ukuran mikroskopis. Protozoa tersusun dari organela-organela namun bukan organ, lantaran orang-orang selayaknya diferensiasi dari satu sel. Biosekuriti, selayaknya langkah awal pencegahan agar ayam tak gampang terjangkiti penyakit di antaranya merupakan yang dengannya pengadaan vaksinasi. Vaksinasi Perlu di lakukan benar waktu. Vaksinasi bisa menaikan kekebalan tubuh ayam. Tubuh mau membentuk antigen terhadap jenis bakteri ataupun virus yng dimasukkan ke intern tubuhnya. Ternak yang telah di sebutkan mau seperti kebal pada virus serta bakteri yng percis. Vaksinasi Amat penting intern dunia peternakan khususnya ayam, hal ini di lakukan agar penularan serta penyebaran penyakit bisa ditanggulangi menjadikan tak tiada sekelumit ayam yng mati. Hewan besar semisal sapi, kambing, serta domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex serta antiparasit. Metode injeksi yang telah di sebutkan pada daerah subcutan ataupun intramuscular. Fungsi dari B-complex merupakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah metabolisme karbohidrat, asam lemak serta protein, imunitas, meningkatkan nafsu makan, serta membantu tumbuh kembang. Dosis yng diberikan seputar 3 ml per ekor. Biosolamin pun di lakukan yang dengannya cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin menjdai penguat otot, umumnya ini diberikan pada sapi yng pincang serta habis melahirkan. B. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak merupakan agar mahasiswa bisa melihat penyakit yng terlaksana pada ayam. Mahasiswa diharapkan melihat cara pemberian vaksin pada ayam serta melihat cara pengambilan sampel darah pada ayam. Khusus hewan besar mahasiswa diharapkan melihat cara pemberian vitamin serta antiparasit pada sapi serta domba. C. Waktu serta Tempat Praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak dilaksanakan pada hari Minggu, 14 September 2013 pada pukul 08.30 – 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran atau kesehatan Ternak Satu dari sekian banyaknya penghambat yng Suka dihadapi intern bisnis peternakan merupakan penyakit. Malah tak jarang peternak mengalami kerugian serta tak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan jatah atau bisa juga dikatakan jatah menaikan pendapatan lewat cara pemeliharaan yng baik, menjadikan peternak mendapatkan pendapatan secara maksimal. Upaya yng di lakukan jatah atau bisa juga dikatakan jatah pengendalian penyakit bisa di lakukan lewat bisnis pencegahan penyakit serta ataupun pengobatan pada ternak yng sakit. Bisnis pencegahan dinilai kian penting dibandingkan pengobatan, (Jahja serta Retno, 1993). Deteksi penyakit hewan secara dini selayaknya bagian terpenting intern upaya jatah atau bisa juga dikatakan jatah mengantisipasi masuk serta berkembangnya penyakit-penyakit hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan bahwasanya intern menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium) Veteriner di Indonesia Perlu bisa mengembangkan diri intern kemampuannya mendeteksi penyakit hewan secara dini. Ayam yng sudah diberi makan yang dengannya baik serta dikelola serta divaksinasi terhadap penyakit-penyakit lokal terkenal umumnya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, namun andai ada suatu penyakit, ayam yng sakit Perlu dijauhkan dari ayam yng sehat. Tindakan kebersihan (sanitasi) yng ketat Perlu di lakukan intern seluruh sangkar serta seorang petugas dokter hewan ataupun penyuluh Perlu diberitahukan yang dengannya segera (Indarto, 1997). Ciri-ciri ayam kampung yng sehat yakni bentuk tubuh besar, kokoh, indra penglihat bersinar terang. Gerakan tubuh lincah serta gesit. Bulu-bulu disekitar dubur kering serta bersih, kulit bersih, bulu mengkilap serta cerah, atau muka, jengger serta pial berwarna merah segar. Era di lakukan pembedahan organ, tak menunjukkan adanya gangguan dari penyakit, baik dari virus maupun mikrobia (Hidayah, 2008). Subronto (1989), menyatakan bahwasanya pada ternak yng terserang penyakit cacing bisa dilihat yang dengannya adanya perubahan ataupun gejala-gejala yakni anemia, kurus, bulu kusam, serta adanya rahang yng bengkak. Pemeriksaan feces bisa di lakukan intern sebagian metode. Penyakit yng penyebabnya yaitu oleh cacing ini yang dengannya satu dari sekian banyaknya gejalanya yakni terlaksana anemia pada ternak. B. Vaksinasi Satu dari sekian banyaknya faktor penghambat yng Suka dihadapi intern pemeliharaan ternak, merupakan penyakit. Malah tak jarang peternak mengalami kerugian serta tak lagi berternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan jatah atau bisa juga dikatakan jatah menaikan pendapatan lewat cara pemeliharaan yng baik menjadikan peternak mendapatkan pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit bisa di lakukan lewat bisnis pencegahan penyakit ataupun pengobatan pada ternak yng sakit. Bisnis pencegahan dinilai kian penting dibandingkan pengobatanya ( Jahja serta Retno, 2010 ). Vaksinasi merupakan suatu tindakan dimana hewan yang dengannya sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yng sudah dilemahkan yang dengannya tujuan jatah atau bisa juga dikatakan jatah merangsang pembentukan daya tahan ataupun daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu serta hening jatah atau bisa juga dikatakan jatah tak memicu penyakit. Agen yang telah di sebutkan umumnya substansi biologis yng terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yng diupayakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah dicegah agar tak menyerang. Andaikan kegagalan vaksinasi terlaksana, paramedis Perlu segera menghubungi dokter hewan jatah atau bisa juga dikatakan jatah melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan mau memilih apakah vaksinasi ulang butuh di lakukan. Vaksin merupakan suatu yang dibuat biologi yng berisi sejumlah besar jasad renik yng diketahui menjdai penyebab penyakit. Daya kerja vaksin merupakan spesifik, oleh lantaran itu setiap jenis penyakit Perlu dipergunakan vaksin yng berbeda. Vaksin giat (virus hidup) berguna virus intern vaksin yang telah di sebutkan intern keadaan hidup namun sudah dikendalikan, yng mau tumbuh serta berkembang biak di tubuh induk semang. Vaksin inaktif (virus mati) merupakan agen penyakit yng dikandung oleh vaksin intern keadaan mati biasannya di dalamnya dicampurkan oil adjuvant (Akoso, 1993). Vaksin yng dipakai merupakan vaksin inaktif yang dengannya subtipe yng percis kepada unggas sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4 hari yang dengannya suntikan subkutan (Irawan, 1996). Cara pemberian vaksin bisa di lakukan yang dengannya lewat tetes indra penglihat, tetes hidung, injeksi/suntikan, ataupun yang dengannya metode spray (penyemprotan halus). Cara tetes indra penglihat serta hidung selayaknya metode yng gampang di lakukan, demikian juga terhadap vaksin Gumboro (Cahyono, 1995). Kusumaningsih et al. (2001) membuat laporan terdapat delapan jenis vaksin yng Suka dipakai pada ayam petelur selama masa produksinya, yakni vaksin newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious bursal disease (IBD), snot (coryza), pox, infectious laryngotracheitis (ILT), egg drop syndrome (EDS), serta swallon head syndrome (SHS). Pendapat dari Akoso (2000) vaksin ternak nonunggas meliputi vaksin ternak besar (sapi potong, sapi perah kerbau, domba, kambing, serta babi) serta vaksin jatah atau bisa juga dikatakan jatah hewan kecil ataupun hewan kesayangan (asu serta kucing). Kebutuhan terhadap vaksin jatah atau bisa juga dikatakan jatah ternak besar diprioritaskan jatah atau bisa juga dikatakan jatah pengendalian penyakit strategis semisal SE (septicaemia epizootica), antraks, brucellosis, serta hog cholera. C. Pengambilan Sampel Darah Darah merupakan cairan yng terdapat pada seluruh mahluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yng berfungsi mengirimkan zat-zat serta oksigen yng dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, pun menjdai pertahanan tubuh terhadap virus ataupun bakteri. Darah selayaknya cairan tubuh yng terdapat intern jantung serta pembuluh darah. Darah terdiri dari unsur plasma, semisal tirta 91-92%, protein, glukosa, enzim, hormon, serta unsur seluler, semisal eritrosit, leukosit, serta trombosit (Nurcahyo, 1998). Hemoglobin menyimpan derivat yng terdiri dari oksihemoglobin yng selayaknya penggabungan jeda hemoglobin yang dengannya oksigen, hemoglobin tereduksi disebut pun ferohemoglobin selayaknya molekul yng sudah melepaskan oksigen, methemoglobin disebut pun yang dengannya ferihemoglobin, molekul ini didapat dari oksidasi oksihemoglobin ataupun hemoglobin tereduksi, karboksihemoglobin terlaksana andaikan darah dicampur yang dengannya gas CO menjadikan Hb mau mengikat CO seperti HbCO, sianmethemoglobin, bisa terbentuk andaikan Cn dicampur yang dengannya methemoglobin serta sulfhemoglobin terbentuk andaikan ferohemoglobin dicampur yang dengannya H2S (Walungi, 1990). Andaikan pembuluh darah seekor hewan terpotong ataupun rusak, pertama-tama mau terlaksana penyempitan bagian yng terluka itu. Hal ini terlaksana lantaran : ( 1 ) Kontraksi miogenik dari otot polos, menjdai suatu spasme lokal serta ( 2 ) Reflek saraf simpatik yng merangsang serabut-serabut andregenik yng menginervasi otot polos dari dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini menyempitkan bukaan pembuluh guna mengurangi mula darah yng mau keluar (Frandson, 1992). Pembuluh nadi letaknya sedikit kian intern dari permukaan tubuh. Pembuluh nadi yng luka, darahnya mau memamcar keluar, andai luka ini tak segera ditolong bisa memicu kekurangan darah. Pembuluh nadi selayaknya pembuluh yng mengalirkan darah keluar jantung. Pembuluh balik selayaknya pembuluh darah yng mengalirkan darah masuk kedalam jantung. Pembuluh nadi serta pembuluh balik ujungnya bercabang-cabang seperti pembuluh-pembuluh yng kecil yng disebut pembuluh kapiler (Murtidjo, 1992). Pengambilan darah (venesectio) selayaknya satu dari sekian banyaknya hal yng terpenting dari kegiatan peternakan. Tujuan pengambilan darah ternak yakni jatah atau bisa juga dikatakan jatah melihat tingkat kadar suatu zat yng terkandung intern darah ternak yang telah di sebutkan. Pengambilan sampel darah pada ayam di lakukan pada vena pectoralis. Pembuluh darah ini terdapat atau terletak pada bagian bawah sayap ayam. Cairan darah ataupun Suka disebut darah pada avertebrata menyimpan kandungan tiada banyak intern plasma darahnya. Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit (platelets) serta zat-zat terlarut lain-lainnya, misal protein plasma (albumin, fibrinogen, serta globin) (Nurcahyo, 1998).
III. MATERI DAN METODE
A. Kebugaran atau kesehatan Ternak 1. Materi a. Ayam b. Spuit c. Pisau d. Gunting e. Nampan 2. Metode a. Ayam yng sakit disembelih jatah atau bisa juga dikatakan jatah diperiksa organ dalamnya. b. Sesudah mati, ayam lantas dibelah bagian perut, sayap difiksasi berlebi dahulu. c. Ayam yng sudah dibedah lantas diamati organ-organya (sesuai lembar lapangan yng sudah disediakan). d. Tiap organ diamati bentuk, warnanya normal ataupun tak serta diamati perubahan patologi anatominya. e. Mencatat hasil pengamatan. B. Vaksinasi 1. Materi a. Automatic Injection b. Alat penggores c. Spuit d. Kapas e. Alkohol f. Vaksin cacar g. Vaksin ND h. Vaksin AI i. Vitamin, obat serta anti parsit 2. Metode a. Alat vaksinasi yng berupa Automatic Injection, spuit, serta perlengkapan penggores dipersiapkan b. Vaksin yng mau diberikan, dimasukkan ke perlengkapan vaksinasi c. Ayam yng mau divaksin dipersiapkan d. Vaksin disuntikkan kedaerah intramuscular dari ayam. e. Vaksin digoreskan pada sayap f. Vaksin ND Inaktif diteteskan pada indra penglihat sebelah kiri g. 1 ml biosolamine disuntikkan pada bagian intramuscular sapi h. 0,35 ml panmectine disuntikkan disekitar leher domba secara subcutan i. 1 ml biosolamine disuntikkan pada paha kambing secara intramuscular. C. Pengambilan Darah 1. Materi a. Eppendorf b. Spuit c. Alkohol d. Kapas 2. Metode a. Alat jatah atau bisa juga dikatakan jatah pengambilan darah (spuit, alkohol, kapas) dipersiapkan telebih dahulu b. Kapas yng mau igunakan yang dengannya alkohol yng tersedia c. Kapas beralkohol dioleskan kebagian sayap kanan ayam d. Spuit ditusukkan pada bagian intramuskular dari ternak e. Darah yng sudah sukses masuk intern spuit dimasukkan intern eppendorf.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebugaran atau kesehatan Ternak 1. Hasil pengamatan Tabel 1. Hasil Pengamatan Bagian Luar Hewan Ayam
Nama Organ Kondisi/keadaan Catatan
Mata Tak normal Mata terlihat sayu serta berwarna biru pucat, tertutup serta tak berlendir
Hidung Normal Tak berlendir
Bulu tubuh Normal Tampak sebagian tak menutupi tubuh
Kaki Normal Tak mampu berdiri sempurna (lemas)
Gerakan Normal Lantaran sakit, ayam lemas cuma diam terkapar
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak (2013)
Tabel 2. Pengamatan Organ intern (visceral)
Nama Organ Warna Bentuk serta ukuran Catatan
Lidah Agak kebiruan, putih pucat Normal Berwarna biru dikarenakan vaksin ND B1
Tenggorokan Merah muda Normal Normal
Kerongkongan Merah muda Normal Normal
Tembolok Putih Kekuningan Normal, kempes Tak ada sisa makanan (kosong)
Hati Merah hati Normal Tak ada cacing serta Lendir
Jantung Merah tua Normal Tak ada lemak serta lendir
Empedu Hijau tua Normal Normal
Lien Merah muda Normal Normal
Proventikulus Putih kekuningan Normal Kosong tak ada makanan
Ventrikulus Merah tua Normal Sisa makanan masih segar
Duodenum Merah muda secara umum dikuasai putih Normal Terdapat cacing panjang 3,5 cm
Usus halus Putih kekuningan Normal Terdapat tiada sekelumit cacing
Usus besar Putih kekuningan Normal Ada cacing
Cecca Hijau kehitaman Normal Tidak sekelumit cacing
Pankreas Putih kekuningan Normal -
Ginjal Merah Normal Normal
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak (2013) 2. Pemaparan Praktikum kebugaran atau kesehatan ternak di lakukan jatah atau bisa juga dikatakan jatah melihat perbedaan ayam yng sakit serta ayam sehat. Pengamatan yng di lakukan merupakan yang dengannya melihat penampakan luar baik secara fisik maupun perilaku. Pengamatan organ bagian intern di lakukan yang dengannya cara membedah ayam yang dengannya cara manual yakni yang dengannya penyembelihan berlebi dahulu lantas melakukan pembedahan. Ayam yng sehat serta yng tak mau terlihat lewat penampakan organ dalamnya. Hasil pengamatan era melihat kondisi eksterior ataupun bagian luar dari ayam yng diamati pada era praktikum yakni intern keadaan normal mau tetapi bisa dipastikan bahwasanya ayam yang telah di sebutkan tak sehat. Kondisi yang telah di sebutkan bisa dilihat dari indra penglihat yng terlihat mengantuk, bulu yng kusam, keadaan kaki yng lemas atau gerakan yng tak lincah semisal ayam-ayam sehat pada biasanya.
Gambar 1. Pengamatan eksterior Pengamatan dari keadaan organ intern sesudah di lakukan pembedahan, meliputi lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok, hati, jantung, empedu, lien, proventrikulus, ventrikulus, duodenum, usus besar, ceca, pancreas, serta ginjal, empedu. Kondisi organ kasatmata normal tak menunjukkan adanya kelainan. a. Lidah
Gambar 2. Lidah Ayam. Pengamatan yng di lakukan didapat warna biru pada lidah. Bentuk lidah pun normal. Warna biru pada lidah penyebabnya yaitu lantaran ayam sudah divaksin ND B1, cairan vaksin ini masuk dari indra penglihat ke mulut. Lidah tak terdapat lendir yng tiada sekelumit, cuma terdapat saliva sedikit mengental tiada banyak. b. Tenggorokan serta kerongkongan
Gambar 3. Tenggorokan serta kerongkongan Kondisi tenggorokan (1) pada ayam era diamati berwarna merah muda serta intern keadaan normal, tak didapati bekas luka serta benda berbeda pada tenggorokan. Tenggorokan berbentuk normal, semisal pita yng menghubungkan pita bunyi yang dengannya paru. Organ ini terbentuk dari cincin tulang rawan yng melekat satu percis lain oleh selaput elastis vibrosa. Kondisi kerongkongan (2) pada ayam pun intern keadaan normal, berwarna merah muda, atau tak ada lendir. c. Tembolok Tembolok pada ayam berwarna putih kekuningan, serta berbentuk semisal kantong . Tembolok selayaknya pelebaran dari esophagus. Tembolok selayaknya tempat menyimpan makanan. Berdasarka hasil pengamatan tembolok ayam yng kelompok kami amati berbentuk normal, mau tetapi kempes hal yang telah di sebutkan dikarenakan tak ada sisa makanan didalam tembolok d. Hati
Gambar 4. Hati Gambar 5. Pembedahan hati Pendapat dari menurut Medion (2012), warna hati yng merah kusam serta gampang hancur disaat dipegang, hati yang telah di sebutkan terserang Fatty liver syndrome, bahwasanya gejala yng nampak hati membesar serta rapuh. Warna hati pada ayam era diamati yakni merah tua, bentuk hati normal serta era di lakukan pembedahan tak terdapat cacing. Hal yang telah di sebutkan menunjukkan bahwasanya hati pada ayam yang telah di sebutkan intern keadaan normal serta tak terserang penyakit hati.. e. Jantung
Gambar 6. Jantung Warna jantung dari ayam yng diamati merupakan merah tua serta berbentuk oval. Dilihat dari bentuk serta warna , ayam yang telah di sebutkan menyimpan jantung yng normal, atau tak ada lemak serta lendir disekitar jantung ayam yang telah di sebutkan. f. Empedu
Gambar 7. Empedu Pendapat dari Sukarno (2008), fungsi dari getah empedu merupakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah menetralkan asam lambung (HCl), membentuk sabun terlarut yang dengannya lemak bebas. Getah empedu yng berfungsi menetralkan asam lambung bermanfaat agar enzim pencernaan bisa bekerja. Empedu pada ayam yng kita amati berwarna hijau tua menyimpan bentuk yng normal yakni bulat memanjang dn berukuran kecil atau intern keadaan normal. g. Lien
Gambar 8. Lien Warna lien pada ayam era pengamatan yakni merah muda, bentuk serta ukuran lien normal. Terdapat atau terletak di intern rongga perut berdekatan yang dengannya empedal. h. Proventiculus Proventiculus ataupun Suka Suka disebut perut kelenjar selayaknya pelebaran serta penebalan dari ujung akhir esofagus. Proventriculus pada ayam berbentuk oval, serta berwarna putih kekuningan. Didasari hasil pengamatan sesudah di lakukan pembedahan proventiculus daam keadaan normal, tak ada bekas luka maupun benda berbeda didalamnya serta proventiculus ayam yang telah di sebutkan kosong, telah tak ada sisa makanan. i. Ventriculus
Gambar 9. ventriculus Warna ventruculus ayam yng kami amati yakni merah tua, bentuknya normal, sesudah di lakukan pembedahan terdapat sisa makanan yng masih segar intern jumlah tiada banyak serta kian tiada sekelumit terdapat gridnya. Ventrikulus pun menyimpan kandungan bahan-bahan yng gampang terkikis semisal pasir, karang serta kerikil. Fungsi rempela ataupun ventrikulus merupakan menggiling serta menghancurkan makanan seperti partikel-partikel yng kian kecil yng umumnya dibatu oleh grit. Berat rempela merupakan 1,6 -2,3% dari berat hidup (Suprijatna et al., 2005). j. Duodenum, Usus Halus, serta Secca Warna dari duedenum ayam pada era praktikum yakni merah muda namun secara umum dikuasai putih, mau tetapi pada era di lakukan pembedahan yakni pada duodenum, usus halus, usus besar serta secca dipastikan ayam ini mengalami ascaridiosis . Hal ini bisa diketahui pada dinding usus halus sesudah dibuka terlihat Amat tiada sekelumit cacing ascaridia galli, yng diduga menjdai penyebab penyakit ascaridiosi. Kerusakan utama yng ditimbulkan merupakan penurunan efisiensi pakan, mau tetapi kematian cuma timbul pada infeksi yng Amat berat. Gambar 10. Duodenum, usus halus Gambar 11.Cacing Ascaridia galli serta secca Cacing A. Galli selayaknya cacing terbesar intern kelas nematoda yng terdapat pada unggas. Tampilan cacing cukup umur merupakan semitransparan, berukuran besar, serta berwarna putih kekuning-kuningan (Soulsby 1982). Cacing ini menyimpan kutikula ekstraseluler yng tebal jatah atau bisa juga dikatakan jatah menjaga membran plasma hipodermal nem atoda cacing cukup umur. Bagian anterior terdapat sebuah mulut yng dilengkapi yang dengannya tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal serta dua lain-lainnya pada lateroventral. Kedua sisi terdapat sayap yng sempit serta membentang sepanjang tubuh. Permin et al., (1998) menyatakan bahwasanya cacing jantan cukup umur berukuran panjang 51 – 76 mm serta cacing betina cukup umur 72 – 116 mm. Cacing jantan menyimpan preanal sucker serta dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina menyimpan vulva dipertengahan tubuh. Telur A. Galli berbentuk oval, kerabang lembut, tak bersegmen, Pendapat dari Permin et al., (1998) siklus hidup A. Galli bersifat langsung yakni; pematangan seksual berlangsung didalam traktus gastrointestinal inang definitif serta stadium infektif (L2) berlangsung didalam telur resisten berembrio di lingkungan bebas. Telur dikeluarkan bersama feses inang definitif serta mau mencapai stadium infektif (L2) intern waktu 10 – 20 hari bergantung kepada temperatur atau kelembaban lingkungan. Cacing yng terdapat di usus halus pada ayam era pembedahan menyimpan panjang rata-rata 3,5 cm, yang dengannya warna putih kekuningan atau semi transparan. Pendapat dari Sonjaya (2006), Unggas yng terinfeksi oleh cacing ini mau terlihat lesu, diare serta kurus atau nafsu makan menurun. Didasari pengamatan, akibat terinfeksi cacing A. Galli ayam kelompok kami terlihat lesu serta kurus, sesudah di lakukan pembedahan pada usus halus feses berwarna kuning cair, serta pada tembolok tak didapati sisa makanan, dikarenakan nafsu makan ayam berkurang menjadikan mengalami diare. k. Ginjal Warna ginjal pada ayam yng diamati merupakan merah serta berbentuk bulat atau menyimpan ukuran yng normal. Dilihat dari keadaan ginjal, ayam yang telah di sebutkan dikatakan normal ataupun tak mengalami gangguan ginjal. B. Vaksinasi 1. Hasil Pengamatan Tabel 3. Pemberian Vitamin serta Vaksin
Nama vaksin Dosis Cara Pemberian
Vit B Complex 3-5 ml Injeksi Intramusculer (pada sapi, kambing, serta domba)
Anti Parasit 0,35 ml Injeksi Intramusculer (pada domba)
ND B Clone 1 tetes Tetes indra penglihat (ayam)
Fowl pox 1 gores Digoreskan pada sayap
Sumber : Data primer Praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak (2013) 2. Pemaparan Vaksinasi merupakan suatu tindakan dimana hewan yang dengannya sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yng sudah dilemahkan yang dengannya tujuan jatah atau bisa juga dikatakan jatah merangasang pembentukan daya tahan ataupun daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu serta hening jatah atau bisa juga dikatakan jatah tak memicu penyakit. Agen yang telah di sebutkan umumnya substansi biologis yng terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yng diupayakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah dicegah agar tak menyerang (Widyani, 2008). Jenis-jenis vaksin ND jeda lain vaksin ND inaktif/ vaksin kill (vaksin yng menyimpan kandungan virus yng telah diinaktifkan) serta vaksin ND giat yakni vaksin yng menyimpan kandungan virus yng masih hidup ataupun masih giat, namun sifatnya telah tak ganas lagi jatah ayam yng divaksin. Virus ini tak lagi bisa membuat ayam yng divaksin sakit, namun merangsang ayam jatah atau bisa juga dikatakan jatah membentuk antibodi (zat penolak) menjadikan timbul kekebalan. Didasari jenis virus yng dipakai menjdai bahan, vaksin giat ND dibedakan seperti vaksin lentogenik serta vaksin mesogenik (Sundaryani, 2007).
Gambar 12. Vaksin ND B1 Vaksin cacar yng di lakukan pada era praktikum merupakan yang dengannya mempergunakan vaksin Fowl pox yakni yang dengannya cara digoreskan pada sayap. Langkah-langkah vaksinasi di lakukan yang dengannya cara mensterilkan jarum penusuk berlebi dahulu. Melarutkan vaksin ke intern botol pelarut yang dengannya mengocoknya. Mencelupkan jarum penusuk pada larutan vaksin. Menggoreskan jarum penusuk pada lipatan sayap ayam. Pemberian vaksin ini berfungsi jatah atau bisa juga dikatakan jatah mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.
Gambar 13. Proses Vaksinasi Fowl Pox Hewan besar semisal sapi, kambing, serta domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex serta anti parasit. Dosis yng diberikan seputar 3-5 ml per ekor. Fungsi dari B-complex merupakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah metabolisme karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, meningkatkan nafsu makan serta membantu tumbuh kembang. Pendapat dari Sundaryani (2007), fungsi dari pemberian biosalamin pun menjdai penguat otot, umumnya ini diberikan pada sapi yng pincang serta habis melahirkan.
Gambar 14. Pemberian Vit B Compleks pada Sapi C. Pengambilan Sampel Darah 1. Hasi Pengamatan
2. Pemaparan Gambar 16. Sampel darah pada ependorf Pengambilan darah pada ayam di lakukan yang dengannya mempergunakan spuit, yakni yang dengannya cara menangkap darah pada vena pectoralis di bagian sayap, lantas darah ditampung pada ependorf. Pengambilan sampel darah ternak bisa pun dipakai jatah atau bisa juga dikatakan jatah mengidentifikasi suatu penyakit yng menyerang ataupun diderita ternak yang telah di sebutkan. Sonjaya (2010), menyatakan bahwasanya pengambilan sampel darah pada ternak tak mampu diakukan yang dengannya cara sembarangan, dibutuhkan kecermatan serta ketelitian yng tinggi. Lantaran andaikan terlaksana kesalahan maka darah tak mau terhisap keluar serta mau terlaksana pengebungan vena serta andaikan tak di lakukan yang dengannya cara yng benar maka mau memicu sakit pada hewan yng diambil sampel darahnya. Metode yng kami genakan yakni yang dengannya mempergunakan suntikan, kesalahan terlaksana pada era pengambilan darah dikarenakan minimnya ketelitian serta kecermatan era pengambilan, akibatnya darah tak tehisap keluar serta vena mengalami penggembungan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yng bisa kami ambil dari praktikum Ilmu Kebugaran atau kesehatan Ternak merupakan menjdai berikut: pengamatan yng kami lakukan yakni pengamatan secara eksterior serta interior pada ayam. ayam yng diamati pada era praktikum yakni intern keadaan normal mau tetapi bisa dipastikan bahwasanya ayam yang telah di sebutkan tak sehat. Kondisi yang telah di sebutkan bisa dilihat dari indra penglihat yng terlihat mengantuk, bulu yng kusam, keadaan kaki yng lemas atau gerakan yng tak lincah serta terdapat tiada sekelumit cacing di usus halusnya, dipastikan ayam yang telah di sebutkan di kenai penyakit Ascaridiosis. Pemberian vaksinasi pada unggas di lakukan yang dengannya tiga cara, jeda lain: tetes indra penglihat, injection serta ukiran. Hewan besar semisal sapi, kambing, serta domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex serta antiparasit. Fungsi dari pemberian B-complex merupakan jatah atau bisa juga dikatakan jatah metabolisme karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, meningkatkan nafsu makan serta membantu tumbuh kembang B. Saran Saran yng bisa diberikan menjdai pertimbangan jatah atau bisa juga dikatakan jatah praktikum selanjutnya merupakan: kian siap lagi intern penyiapan preparat praktikum. Koordinasi kian ditingkatkan agar tak terlaksana kemuluran waktu serta bisa berjalan yang dengannya lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kebugaran atau kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta. Akoso, B.T. 2000. Kebutuhan Bahan Biologis Bagi atau bisa juga dikatakan jatah Menunjang Pengamanan Ternak Terhadap Penyakit. Direktorat Bina Kebugaran atau kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan. Makalah Disajikan Pada Seminar Serta Pameran Teknologi Peternakan Serta Veteriner 14−15 Maret 2000, Di Badan Penelitian Serta Pengembangan Pertanian, Jakarta. Bahri, S. 1998. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Hewan Ternak di Indonesia. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. Cahyono, B. 1995. Cara Menaikan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Yayasan Pustaka Nusantara . Yogyakarta. Frandson, R.D. 1992. Anatomi Serta Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hidayah N. 2008. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi Starter Probiotik pada Pakan Terhadap Perkembangan Ayam Kampung. Universitas Hasanuddin. Makasar. Indarto, P. 1997. Manajemen Pemeliharaan Unggas. Universitas Brawijaya Press. Malang Irawan. 1996. Pedoman Pengendalian Hewan Menular. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. Easterday, B.C., V.S. Hinsaw, And D.A. Halvorson. 1997. Influenza: Diseases Of Poultry. P. 583-595. In B.W. Calnek, H.J. Barnes, C.W. Beard, L.R. Mc Dougald, And Y.M. Saif (Eds.). Jahja serta Retno. 1993. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung. Jahja serta Retno. 2010. Penyakit Ayam serta Penanggulangannya. Medion. Banndung. Kusumaningsih, A., S. Bahri, A. Nurhadi, E. Martindah, Serta E. Masbulan. 2001. Studi Kebijakan Penyediaan Serta Pengembangan Vaksin Serta Bahan Biologis Veteriner Bagi atau bisa juga dikatakan jatah Menunjang Peningkatan Mutu Bibit Ternak Di Indonesia. Prosiding Hasil-Hasil Penelitian Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Pe Ternakan Armp-Ii Tahun 1999/2000. Pusat Penelitian Serta Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 391−404. Medion. 2012. Konsultasi Hati Memar. http://info.medion.co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/hati-memar-malaria. Diakses pada 28 September 2013 Murtidjo, B. A. 1992. Pengendalian Hama serta Penyakit Ayam. Kanisius . Yogyakarta. Nurcahyo, H. 1998. Anatomi serta Fisiologi Hewan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Permin A et al. 1998. Studies on Ascaridia galliin Chickens Kept at Different Stocking Rates. J. of Avi. Pathol. 27: 382-389. Sonjaya. 2006. Jenis-macam Penyakit cacing. Edisi 2. Penebar Swadaya. Jakarta. Sonjaya. 2010. Cacingan serta Pengobatannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Soulsby, EJL.1982. Helminth, Arthropods and Protozoaor Domesticated Animals. 7rd Ed. Lea and Febiger Philadelphia. Subronto, 1989. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sundaryani, T. 2007. Teknik Vaksinasi serta Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., N. Atmomarsono. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Yogyakarta. Widayani, R. 2008. Kebugaran atau kesehatan Hewan. Suwagatri Press. Cirebon Wulangi, S.K. 1990. Fisiologiperedaran. Institute Teknologi Bandung. Bandung.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( RRA DAN PRA )

PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK DENGAN BERBAGAI MACAM RUMUS

RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA DECUMBENS)