LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK SAPI POTONG
LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK SAPI POTONG seperti pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi berita memungut. Beberapa berita lainnya bisa kalian dapatkan disini menggunakan baik.
Penampilan ternak era hidup mencerminkan produksi serta kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir intern menaksir nilai ternak bergantung pada pengetahuan penaksir serta kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yng butuh mendapatkan perhatian pada era menaksir pro-duktivitas ternak merupakan umur serta berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan serta persentase karkas. Penilaian ternak dilaksanakan didasari untuk apa yng terlihat dari segi penampilannya saja serta terkadang terdapat hal-hal yng oleh peternak dianggap Amat penting, namun ahli genetika berpendapat bahwasanya hal yang telah di sebutkan sebetulnya tak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan ataupun produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian dipakai. Penilaian ternak yang telah di sebutkan di lakukan yang dengannya cara memberikan score kepada masing-masing ternak menjadikan menghasilkan urutan ataupun rangking tertinggi didasari nilai rekor performanya, pun baik intern memenuhi persyaratan secara fisik.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Seleksi Ternak Seleksi dari segi genetik diartikan menjdai suatu tindakan distribusi atau bisa juga dikatakan buat membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lain-lainnya tak diberi peluang berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu mampu seperti tetua pada generasi selanjutnya andai terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu merupakan seleksi jagat raya serta seleksi buatan (Noor, 2004). Nilai pemuliaan masing-masing ternak yng diketahui yang dengannya pasti, maka penentuan peringkat keunggulan ternak intern populasi bisa diketahui yang dengannya gampang. Nilai pemuliaan ternak tetua Amat menetapkan nilai pemuliaan serta kemampuan anaknya. Nilai pemuliaan bisa seperti dasar intern melakukan seleksi yang dengannya memilih ternak yng nilai pemuliaannya paling tinggi distribusi atau bisa juga dikatakan buat dijadikan tetua (Bourdon, 1997). Seleksi intern pemuliaan ternak merupakan memilih ternak yng baik distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipakai menjdai bibit yng menghasilkan generasi yng bakal datang. Bagi atau bisa juga dikatakan buat bidang peternakan, yng diseleksi merupakan sifat-sifat terukur semisal kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu serta bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping Perlu menyandang kemampuan mewarisi yng tinggi yng bisa ditentukan dari nilai heritabilitasnya (Falconer, 1972). B. Sapi Potong Sapi potong benar sapi yng dipelihara yang dengannya tujuan utama menjdai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut menjdai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging merupakan tubuh besar, berbentuk persegi empat ataupun balok, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai akil-balig, efisiensi pakannya tinggi, serta gampang dipasarkan. Sapi potong merupakan jenis sapi khusus dipelihara distribusi atau bisa juga dikatakan buat digemukkan lantaran karakteristiknya, semisal tingkat pertumbuhan cepat serta kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini biasanya dijadikan menjdai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama separuh bulan, menjadikan diperoleh pertambahan bobot badan ideal distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipotong (Abidin, 2008). Sapi Peranakan Ongole benar persilangan sapi ongole jantan murni yang dengannya sapi betina Jawa. Sapi peranakan ongole menyandang ciri-ciri menjdai berikut: warna kelabu kehitam-hitaman pada bagian kepala, leher serta lutut berwarna gelap sampai hitam, bertanduk pendek, bobot badan sapi PO mencapai 430 - 500 kg pada sapi jantan serta 320 - 400 kg pada sapi betina. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Peranakan Ongole sebesar 0,4 - 0,8 kg (Aziz, 1993). Parameter standar distribusi atau bisa juga dikatakan buat seleksi sapi bakalan mencakup kualitas serta kuantitas sapi yng bisa dievaluasi yang dengannya penilaian serta pengamatan tubuh sapi bagian luar. Bakalan yng bakal digemukkan Amat memberi pengaruh kesuksesan penggemukan sapi. Kriteria penyaringan bakalan: berpangkal dari induk yng punya potensi genetik yng baik, bakalan cukup kurus, umur bakalan 2 - 2,5 tahun, sehat serta tak mengidap penyakit, atau bentuk tubuh yng proporsional. Bobot badan sapi PO bakalan yng merupakan 250 – 350 kg yang dengannya pertambahan bobot badan 0,6 - 0,8 kg/hari serta bobot jual 584 - 600 kg (Fikar serta Ruhyadi, 2010). Penilaian distribusi atau bisa juga dikatakan buat menetapkan tingkat serta kualitas akhir ternak lewat perabaan yng dirasakan lewat ketipisan, kerapatan, atau perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian yang telah di sebutkan di lakukan pada setiap individu ternak sapi yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian lewat pengamatan, pandang-an serta perabaan. Penilaian Perlu di lakukan sesubjektif bisa jadi distribusi atau bisa juga dikatakan buat menunjang hasil yng bertambah akurat, penilaian yang telah di sebutkan lazimnya dilengkapi lagi yang dengannya pengukuran bagian-bagian tubuh yakni tinggi pundak/gumba, panjang badan, lingkar dada serta intern dada (Sugeng, 1998). Penilaian ternak sapi bisa dilihat dari bobot badan ternak yang telah di sebutkan. Bobot badan yng Suka dipakai menjdai kriteria penilaian sapi potong merupakan bobot sapih, bobot badan umur satu tahun serta bobot badan umur 18 bulan. Kecepatan pertambahan bobot badan sebelum serta sesudah disapih, ataupun pertambahan bobot badan pada tenggang waktu tertentu. Ukuran tubuh yng Suka diukur menjdai kriteria penilaian sapi potong merupakan tinggi gumba, lingkar dada serta panjang badan (Hardjosubroto,1994). III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Alat serta bahan yng dipakai ada praktikum pemuliaan ternak merupakan menjdai berikut: 1. Sapi potong jenis Peranakan Ongole. 2. Alat tulis. 3. Kamera. B. Metode Praktikum 1. Melakukan pengukuran pada sapi potong Peranakan Ongole yng meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan serta tinggi gumba. 2. Mengamati sapi potong Peranakan Ongole yng berada di intern sangkar meliputi penampilan umum, kepala serta leher, tubuh bagian depan, tubuh bagian tengah serta tubuh bagian belakang. 3. Mencatat hasil pengamatan di intern tabel yng sudah tersedia. 4. Mendokumentasikan ternak yng diamati. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sapi Potong 1. Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil Pengukuran serta Pengamatan Sapi Potong
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014 Tabel 2. Hasil Penilaian Sapi Potong PO secara Individu
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014
Tabel 3. Penilaian Sapi Potong PO Didasari Score Individu
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014
Kriteria skoring : a. Exellent : nilai 90 – 100 b. Good Plus : nilai 85 – 89 c. Very Good : nilai 80 – 84 d. Good : nilai 75 – 79 e. Fair : nilai 70 – 74 f. Poor : nilai di bawah 69 2. Pemaparan
Gambar 1. Sapi PO nomor 1 Sapi PO nomor urut 1 berumur 24 bulan punya lingkar dada 168 cm serta panjang badan 133. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 1 memperoleh score 37,4 distribusi atau bisa juga dikatakan buat penampilan umum; kepala serta leher mendapatkan score 5,7; tubuh bagian depan mendapatkan score 4,3; tubuh bagian tengah mendapatkan score 22,3 serta score 10,7 distribusi atau bisa juga dikatakan buat tubuh bagian belakang. Score yng didapat sapi PO nomor urut 1 dari hasil penilaian praktikan benar 81,4.
Gambar 2. Sapi PO nomor 2 Sapi PO nomor urut 2 berumur 12 bulan punya lingkar dada 157 cm serta panjang badan 116. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 2 memperoleh score 35,7 distribusi atau bisa juga dikatakan buat penampilan umum; kepala serta leher mendapatkan score 5; tubuh bagian depan mendapatkan score 4,7; tubuh bagian tengah mendapatkan score 20,6 serta score 10,1 distribusi atau bisa juga dikatakan buat tubuh bagian belakang. Score yng didapat sapi PO nomor urut 2 dari hasil penilaian praktikan benar 76.
Gambar 3. Sapi PO nomor 3 Sapi PO nomor urut 3 berumur 18 bulan punya lingkar dada 148 cm serta panjang badan 117. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 3 memperoleh score 36,2 distribusi atau bisa juga dikatakan buat penampilan umum; kepala serta leher mendapatkan score 3,8; tubuh bagian depan mendapatkan score 3,9; tubuh bagian tengah mendapatkan score 17,5 serta score 8,5 distribusi atau bisa juga dikatakan buat tubuh bagian belakang. Score yng didapat sapi PO nomor urut 3 dari hasil penilaian praktikan benar 69,9.
Gambar 4. Sapi PO nomor 4 Sapi PO nomor urut 4 berumur 18 bulan punya lingkar dada 149 cm serta panjang badan 107. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 4 memperoleh score 29,6 distribusi atau bisa juga dikatakan buat penampilan umum; kepala serta leher mendapatkan score 5,7; tubuh bagian depan mendapatkan score 3,5; tubuh bagian tengah mendapatkan score 16 serta score 7,6 distribusi atau bisa juga dikatakan buat tubuh bagian belakang. Score yng didapat sapi PO nomor urut 1 dari hasil penilaian praktikan benar 62,4. Praktikum penilaian (judging) di lakukan oleh setiap praktikan yang dengannya mengukur serta mengamati. Praktikan melakukan pengukuran lebar dada, panjang badan serta tinggi gumba mempergunakan mistar. Umur ternak dilihat yang dengannya cara melihat gigi pada sapi. Hasil penilaian rata-rata sapi potong PO yng didapat dari 5 orang praktikan dari yng tertinggi sampai-sampai yng terendah didasari penilaian rata-rata yakni tertinggi sapi potong nomor 1, lantas nomor urut 2 diperoleh sapi potong nomor 2 serta nomor urut ketiga diperoleh sapi potong nomor 3 serta yng terendah sapi potong nomor 4. Penilaian ternak sapi yng di lakukan praktikan bisa diketahui ternak sapi yng paling baik serta punya kebugaran atau kesehatan yng baik, menjadikan penilaian (judging) Amat memberikan manfaat distribusi atau bisa juga dikatakan buat memilih sapi yng paling baik yang dengannya cara mengamati. Penilaian yng di lakukan praktikan sudah sesuai yang dengannya pendapat dari pendapat Sugeng (1998), penilaian distribusi atau bisa juga dikatakan buat menetapkan tingkat serta kualitas akhir ternak lewat perabaan yng dirasakan lewat ketipisan, kerapatan, atau perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian yang telah di sebutkan di lakukan setiap individu ternak sapi yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian lewat pengamatan, pandang-an serta perabaan. Penilaian Perlu di lakukan sesubjektif bisa jadi distribusi atau bisa juga dikatakan buat menunjang hasil yng bertambah akurat, penilaian yang telah di sebutkan lazimnya dilengkapi lagi yang dengannya pengukuran bagian-bagian tubuh yakni tinggi pundak/gumba, panjang badan, lingkar dada serta intern dada.
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yng bisa praktikan peroleh dari praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak ini benar : 1. Penilaian (judging) di lakukan pada setiap individu ternak yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian lewat pengamatan, pandang-an serta perabaan. 2. Hasil penilaian rata-rata sapi potong PO yng diperoleh dari urutan sapi nomor 1, 2,3 serta 4 yakni 81,4; 76; 69,9 serta 62,4.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Cetakan V. BPFE. Yogyakarta. Bourdon. R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall. Inc., New Jersey. Falconer, D. S. 1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365 Fikar, S., serta D. Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak serta Usaha Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Harjosubroto. 1994. App Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Penampilan ternak era hidup mencerminkan produksi serta kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir intern menaksir nilai ternak bergantung pada pengetahuan penaksir serta kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yng butuh mendapatkan perhatian pada era menaksir pro-duktivitas ternak merupakan umur serta berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan serta persentase karkas. Penilaian ternak dilaksanakan didasari untuk apa yng terlihat dari segi penampilannya saja serta terkadang terdapat hal-hal yng oleh peternak dianggap Amat penting, namun ahli genetika berpendapat bahwasanya hal yang telah di sebutkan sebetulnya tak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan ataupun produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian dipakai. Penilaian ternak yang telah di sebutkan di lakukan yang dengannya cara memberikan score kepada masing-masing ternak menjadikan menghasilkan urutan ataupun rangking tertinggi didasari nilai rekor performanya, pun baik intern memenuhi persyaratan secara fisik.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Seleksi Ternak Seleksi dari segi genetik diartikan menjdai suatu tindakan distribusi atau bisa juga dikatakan buat membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lain-lainnya tak diberi peluang berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu mampu seperti tetua pada generasi selanjutnya andai terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu merupakan seleksi jagat raya serta seleksi buatan (Noor, 2004). Nilai pemuliaan masing-masing ternak yng diketahui yang dengannya pasti, maka penentuan peringkat keunggulan ternak intern populasi bisa diketahui yang dengannya gampang. Nilai pemuliaan ternak tetua Amat menetapkan nilai pemuliaan serta kemampuan anaknya. Nilai pemuliaan bisa seperti dasar intern melakukan seleksi yang dengannya memilih ternak yng nilai pemuliaannya paling tinggi distribusi atau bisa juga dikatakan buat dijadikan tetua (Bourdon, 1997). Seleksi intern pemuliaan ternak merupakan memilih ternak yng baik distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipakai menjdai bibit yng menghasilkan generasi yng bakal datang. Bagi atau bisa juga dikatakan buat bidang peternakan, yng diseleksi merupakan sifat-sifat terukur semisal kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu serta bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping Perlu menyandang kemampuan mewarisi yng tinggi yng bisa ditentukan dari nilai heritabilitasnya (Falconer, 1972). B. Sapi Potong Sapi potong benar sapi yng dipelihara yang dengannya tujuan utama menjdai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut menjdai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging merupakan tubuh besar, berbentuk persegi empat ataupun balok, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai akil-balig, efisiensi pakannya tinggi, serta gampang dipasarkan. Sapi potong merupakan jenis sapi khusus dipelihara distribusi atau bisa juga dikatakan buat digemukkan lantaran karakteristiknya, semisal tingkat pertumbuhan cepat serta kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini biasanya dijadikan menjdai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama separuh bulan, menjadikan diperoleh pertambahan bobot badan ideal distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipotong (Abidin, 2008). Sapi Peranakan Ongole benar persilangan sapi ongole jantan murni yang dengannya sapi betina Jawa. Sapi peranakan ongole menyandang ciri-ciri menjdai berikut: warna kelabu kehitam-hitaman pada bagian kepala, leher serta lutut berwarna gelap sampai hitam, bertanduk pendek, bobot badan sapi PO mencapai 430 - 500 kg pada sapi jantan serta 320 - 400 kg pada sapi betina. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Peranakan Ongole sebesar 0,4 - 0,8 kg (Aziz, 1993). Parameter standar distribusi atau bisa juga dikatakan buat seleksi sapi bakalan mencakup kualitas serta kuantitas sapi yng bisa dievaluasi yang dengannya penilaian serta pengamatan tubuh sapi bagian luar. Bakalan yng bakal digemukkan Amat memberi pengaruh kesuksesan penggemukan sapi. Kriteria penyaringan bakalan: berpangkal dari induk yng punya potensi genetik yng baik, bakalan cukup kurus, umur bakalan 2 - 2,5 tahun, sehat serta tak mengidap penyakit, atau bentuk tubuh yng proporsional. Bobot badan sapi PO bakalan yng merupakan 250 – 350 kg yang dengannya pertambahan bobot badan 0,6 - 0,8 kg/hari serta bobot jual 584 - 600 kg (Fikar serta Ruhyadi, 2010). Penilaian distribusi atau bisa juga dikatakan buat menetapkan tingkat serta kualitas akhir ternak lewat perabaan yng dirasakan lewat ketipisan, kerapatan, atau perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian yang telah di sebutkan di lakukan pada setiap individu ternak sapi yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian lewat pengamatan, pandang-an serta perabaan. Penilaian Perlu di lakukan sesubjektif bisa jadi distribusi atau bisa juga dikatakan buat menunjang hasil yng bertambah akurat, penilaian yang telah di sebutkan lazimnya dilengkapi lagi yang dengannya pengukuran bagian-bagian tubuh yakni tinggi pundak/gumba, panjang badan, lingkar dada serta intern dada (Sugeng, 1998). Penilaian ternak sapi bisa dilihat dari bobot badan ternak yang telah di sebutkan. Bobot badan yng Suka dipakai menjdai kriteria penilaian sapi potong merupakan bobot sapih, bobot badan umur satu tahun serta bobot badan umur 18 bulan. Kecepatan pertambahan bobot badan sebelum serta sesudah disapih, ataupun pertambahan bobot badan pada tenggang waktu tertentu. Ukuran tubuh yng Suka diukur menjdai kriteria penilaian sapi potong merupakan tinggi gumba, lingkar dada serta panjang badan (Hardjosubroto,1994). III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Alat serta bahan yng dipakai ada praktikum pemuliaan ternak merupakan menjdai berikut: 1. Sapi potong jenis Peranakan Ongole. 2. Alat tulis. 3. Kamera. B. Metode Praktikum 1. Melakukan pengukuran pada sapi potong Peranakan Ongole yng meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan serta tinggi gumba. 2. Mengamati sapi potong Peranakan Ongole yng berada di intern sangkar meliputi penampilan umum, kepala serta leher, tubuh bagian depan, tubuh bagian tengah serta tubuh bagian belakang. 3. Mencatat hasil pengamatan di intern tabel yng sudah tersedia. 4. Mendokumentasikan ternak yng diamati. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sapi Potong 1. Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil Pengukuran serta Pengamatan Sapi Potong
No. | Ketentuan | Sapi Potong | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
1 | Bangsa | PO | PO | PO | PO |
2 | Umur ( bulan ) | 24 | 12 | 18 | 18 |
3 | Berat Badan ( kg ) | 466 | 446 | 482 | 375 |
4 | Lingkar dada ( cm ) | 168 | 157 | 148 | 149 |
5 | Panjang badan ( cm ) | 133 | 116 | 117 | 107 |
6 | Tinggi gumba ( cm ) | 142 | 125 | 120 | 131 |
No | Juri | Sapi Perah Nomor | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
1. | Thomas Saputro | 1 | 3 | 2 | 4 |
2. | Desi Wulandari | 1 | 4 | 3 | 3 |
3. | Khisom Alwi | 1 | 1 | 3 | 4 |
4. | Rika Suwistin O | 1 | 2 | 2 | 4 |
5. | Wahyu Agus T | 1 | 3 | 2 | 4 |
Tabel 3. Penilaian Sapi Potong PO Didasari Score Individu
No. | Ketentuan | Skor Sempurna | Sapi Potong Nomor | |||
1 | 2 | 3 | 4 | |||
1. | Penampilan umum (40) | | | | | |
- Berat : sesuai yang dengannya umur | 5 | 3 | 3 | 4 | 3 | |
- Konformasi : seimbang, panjang, simetris bagian untuk serta bawah tubuh lurus | 10 | 7,8 | 7 | 6,8 | 6 | |
- Lingkar dada : intern melinkar penuh | 5 | 3 | 3 | 3 | 2 | |
- Keadaan : perdagingan halus | 10 | 7,8 | 6,6 | 6,6 | 7 | |
- Temprament : tenang, tak tegang | 5 | 4 | 4 | 3,8 | 2 | |
- Pergerakan : jinak, manis | 10 | 8 | 8 | 9 | 6,8 | |
- Tipe bangsa : warna tubuh, sifat lain khas bangsanya | 5 | 3,8 | 4 | 3 | 2,8 | |
2 | Kepala serta leher (7) | | | | | |
- Dahi untuk : lurus, feminim, kuat serta sesuai bangsa | 1 | 1 | 0,6 | 0,5 | 1 | |
- Mata : besar serta jernih | 1 | 0,7 | 1 | 0,5 | 1 | |
- Dahi bawah : pendek serta lurus | 1 | 1 | 0,7 | 0,7 | 0,6 | |
- Moncong : lebar, lubang, hidung besar, bibir tipis, mulut lebar | 1 | 0,7 | 1 | 0,5 | 0,8 | |
- Indera pendengaran : ukuran sedang, bentuk baik | 1 | 0,8 | 1 | 0,6 | 0,8 | |
- Leher : pendek, gemuk, terkait baik yang dengannya punggung, bebas dari otot | 2 | 1,5 | 0,7 | 1 | 1,5 | |
3 | Tubuh bagian depan (7) | | | | | |
- Punggung : halus, kuat serta lurus | 3 | 2 | 2,2 | 1,5 | 1,5 | |
- Dada : kuat, bersih serta berdaging | 2 | 1 | 1 | 1 | 1 | |
- Kaki depan : lurus, pendek, lebar serta kuat | 2 | 1,3 | 1,5 | 1,4 | 1 | |
4 | Tubuh bagian tengah (30) | | | | | |
- Bahu : penuh, lurus baik yang dengannya punggung serta tekait baik yang dengannya punggung | 3 | 2,3 | 2 | 2 | 2,2 | |
- Punggung : lurus, gemuk serta lebar | 8 | 7 | 6 | 6 | 5 | |
- Lingkar dada : isi besar, melingkar penuh serta simetris | 4 | 3,5 | 3 | 2,5 | 2 | |
- Pinggang : kuat, panjang, gemuk, lebar serta halus | 10 | 8 | 8 | 6 | 6 | |
- Flank : penuh serta berdanging | 2 | 1,5 | 1,6 | 1 | 0,8 | |
5 | Tubuh bagian belakang (16) | | | | | |
| - Paha : halus, tertutup danging | 2 | 1,6 | 1 | 1,5 | 1 |
| - Pinggul : penuh, lebar, halus, bersih | 4 | 2,5 | 2,5 | 2 | 2 |
| - Pangkal ekor : lurus serta halus | 2 | 1,4 | 1,5 | 1 | 1 |
| - Paha bawah : intern, gemuk, lebar, penuh danging | 2 | 1 | 1,4 | 1 | 0,9 |
| - Pantat/bokong : penuh, intern serta lebar | 4 | 3 | 2,5 | 2 | 1,7 |
| - Kaki : lurus, pendek, lebar serta kuat | 2 | 1,2 | 1,2 | 1 | 1 |
| Total | 100 | 81,4 | 76 | 69,9 | 62,4 |
Kriteria skoring : a. Exellent : nilai 90 – 100 b. Good Plus : nilai 85 – 89 c. Very Good : nilai 80 – 84 d. Good : nilai 75 – 79 e. Fair : nilai 70 – 74 f. Poor : nilai di bawah 69 2. Pemaparan




V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yng bisa praktikan peroleh dari praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak ini benar : 1. Penilaian (judging) di lakukan pada setiap individu ternak yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian lewat pengamatan, pandang-an serta perabaan. 2. Hasil penilaian rata-rata sapi potong PO yng diperoleh dari urutan sapi nomor 1, 2,3 serta 4 yakni 81,4; 76; 69,9 serta 62,4.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Cetakan V. BPFE. Yogyakarta. Bourdon. R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall. Inc., New Jersey. Falconer, D. S. 1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365 Fikar, S., serta D. Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak serta Usaha Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Harjosubroto. 1994. App Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar