Limbah Kelapa Sawit Untuk Pakan Ternak
Limbah Kelapa Sawit Untuk Pakan Ternak seperti pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi kabar mencabut. Beberapa kabar lainnya bisa kalian dapatkan disini karena baik.
Limbah yng diperoleh dari kebun maupun industri pengolahan kelapa sawit, sudah dinyatakan sejumlah peneliti Amat memberikan manfaat menjdai pakan ternak kian-kian ruminansia serta unggas. Limbah sawit yng bisa dimanfaatkan menjdai bahan pakan ternak yakni berupa daun, pelepah, tandan kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, serta bungkil kelapa sawit. Limbah ini memiliki kandungan bahan kering, protein kasar serta serat kasar yng nilai nutrisinya bisa dimanfaatkan menjdai bahan dasar pakan ternak ruminansia. Andaikan distribusi atau bisa juga dikatakan buat dijadikan pakan ternak unggas butuh di lakukan pengolahan berlebi dahulu semisal fermenasi maupun amoniasi distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan nilai nutrient serta mnurunkan kandungan serat kasarnya.
Kandungan Nutrisi Limbah Kelapa Sawit Bila ditinjau dari segi potensi kandungan gizi/ nutrien limbah sawit Amat memungkinkan distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipakai menjdai pakan ternak. Hasil sejumlah penelitian yng dilaporkan menunjukan bahwasanya limbah sawit memiliki kandungan gizi pakan yng bervariasi bergantung jenis limbah. Yang hendak di sajikan kali ini merupakan kandungan nutrientnya:
Peningkatan Kandungan Nutrient Limbah Kelapa Sawit. Pendapat dari Mathius et al., (2003) diketahui bahwasanya sebagian besar limbah kelapa sawit memiliki kandungan serat kasar yng cukup tinggi. Selanjutnya bila yang dibuat limbah kelapa sawit dimanfaatkan distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak bisa memicu kekurangan nutrien menjadikan menurunkan produktivitas. Pendapat dari Sudaryanto (1999) ada empat jenis perlakuan yng bisa di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan kualitas limbah sawit yakni perlakuan fisik, kimia, fisik serta kimia, serta biologi.
Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet ataupun penjemuran/pengeringan ; perlakuan kimia yakni mempergunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca (OH)2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida serta lain-lain; perlakuan fisik serta kimia merupakan menggabungkan kedua cara di buat ; perlakuan biologi di lakukan yang dengannya memperbanyak enzim, jamur, bakteri ataupun lain-lainnya. Perlakuan fisik yng bisa di lakukan pada limbah sawit yakni pencacahan agar seperti ukuran yng kian kecil menjadikan layak distribusi atau bisa juga dikatakan buat dikonsumsi ternak. Perlakuan lain yng bisa di lakukan yakni fermentasi yang dengannya mempergunakan probiotik ataupun starter, pembuatan silase ataupun penguapan.
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Bagi atau bisa juga dikatakan buat Pakan Ternak Pemanfaatan limbah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat pakan ternak ruminansia sudah tak secuil diterapkan. Penggantian dedak padi yang dengannya Lumpur sawit intern ransum sapi perah sampai 100% tak memberi pengaruh pertumbuhan serta produksi susu, malah ada keseringan kadar proteinnya naik (Sutardi, 1991). Penggunaan Lumpur sawit intern pakan domba bisa memberikan tingkat kecernaan protein yng cukup tinggi (Devendra, 1977), selagi pemakaian bungkil inti sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat domba sampai 22 % tak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, daya cerna protein serta retensi nitrogen (Agustin, 1996).
Akan tetapi pemakaian limbah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat pakan ternak unggas Amat dibatasi penyebabnya yaitu oleh nilai gizinya yng rendah (tingginya serat kasar serta adanya protein yng sulit dicerna). Bagi atau bisa juga dikatakan buat peningkatan pemakaian limbah sawit ini intern ransum pakan unggas, Amat butuh di lakukan peningkatan nilai gizinya.

Elisabeth serta Ginting (2003) menunjukan bahwasanya limbah sawit berupa campuran pelepah (60%), lumpur sawit (18%) bungkil inti sawit (18%), dedak (4%), urea (0,4%) serta garam (0,1%) yang dengannya kandungan protein cuma 7,8% memberikan pertambahan bobot hidup sapi jantan sebesar 0,58 kg/hari serta kian ekonomis dibandingkan yang dengannya pakan lain. Batubara et al. (2003) pun menunjukan bahwasanya pemberian pakan mempergunakan daun sawit, lumpur, bungkil inti sawit (diolah ataupun tanpa diolah) memberikan pertambahan bobot hidup kambing Amat nyata kian tinggi (53-77 g/hari; kandungan PK 12-14,5%).
Kendala utama yng dihadapi intern pemanfaatan pelepah sawit menjdai pakan ternak merupakan rendahnya protein kasar serta terikatnya serat kasar pada lignin, menjadikan penggunaannya maksimal 50% intern pakan distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak domba ataupun kambing sedang pendapat dari Wan Zahari et al., (2003) pemanfaatan pelepah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak tak melebihi dari 30% serta pemberian pelepah intern waktu panjang menghasilkan kualitas karkas yng baik. Pendapat dari Abu Hasan serta Ishida (1991) yng disitasi Mathius et al., (2003) pemanfaatan pelepah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak ruminansia bisa di lakukan intern bentuk silase yng dikombinasikan yang dengannya bahan lain ataupun konsentrat menjdai campuran
2. Lumpur Sawit Lumpur sawit yaitu limbah yng diperoleh intern proses pemerasan buah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat menghasilkan minyak sawit kasar ataupun crude palm oil (CPO). Jumlah produksi lumpur sawit Amat bergantung dari jumlah buah sawit yng diolah (Sinurat, 2003). Pemanfaatan lumpur yng diperoleh dari industri pengolahan kelapa sawit masih belum di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat tujuan ekonomi. Pada biasanya lumpur sawit dipakai menjdai penimbun jurang ataupun malah dibuang menjadikan memicu polusi. Pendapat dari Suharto (2003), pemanfaatan lumpur sawit memberikan hasil ganda yakni memperbanyak persediaan bahan pakan serta mengurangi polusi.
Kekurangan dari lumpur sawit yakni tingginya kadar tirta, hal ini bisa jadi yng memicu tak kian disukai. Pemanfaatan lumpur sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak tak mampu tunggal lantaran kandungan energi rendah serta abu yng tinggi menjadikan penggunaannya Perlu dicampur yang dengannya bahan pakan lain (Mathius et al., 2003). Pendapat dari Sinurat (2003) distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan kualitas gizi lumpur sawit bisa di lakukan yang dengannya fermentasi mempergunakan Aspergillus niger. Selanjutnya diketahui bahwasanya yang dibuat yng diperoleh dari proses fermentasi yang dengannya A. niger memiliki kandungan enzim mananase serta selulose. Enzim yng diperoleh selama proses fermentasi diharapkan bisa memecah serat menjadikan seperti molekul karbohidrat yng kian simpel serta menaikan energi yng bisa dimetabolisme oleh ternak.
Penelitian yng di lakukan oleh Widjaja serta Utomo (2001) bahwasanya pemberian solid/ lumpur sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi PO jantan memberikan PBBH yng nyata kian tinggi dibanding pakan kontrol. PBBH yng diperoleh dari sapi yng diberi pakan solid ad libitum serta rumput sebesar 0,77 kg/ekor sedang pemberian 1,5% solid dari BB ternak diperoleh PBBH 0,44 kg/ekor.
Batas penggunaan bungkil inti sawit intern ransum ayam broiler dilaporkan bervariasi dari 5-20% (Ahmad, 1982:Kamal,1984) serta bisa dipakai sampai-sampai 40 % intern ransum ayam petelur (Perez et al., 2000 intern Sinurat serta Manurung, 2005). Peningkatan mutu bungkil inti sawit diharapkan bisa juga menaikan pemakaiannya intern ransum unggas. Semisal halnya Lumpur sawit, peningkatan mutu bunkil inti sawit bisa ditakukan yang dengannya fermentasi. Fermentasi terhadap Bungkil Inti Sawit memicu adanya perubahan kandungan nutrisi bahan, dimana kandungan protein kasar fospor serta abu serta energi metabolisme Bungkil Inti Sawit terfermentasi serta cenderung naik
4. Daun Kelapa Sawit Daun kelapa sawit yaitu satu dari sekian banyaknya hijauan yng disukai oleh ternak sapi, daun diperoleh dari tunas panen yng di lakukan era pemanenan tandan buah segar (Sitompul, 2003). Pemanfaatan daun kelapa sawit Perlu dibuang dulu lidinya lantaran hendak memberikan pengaruh tak kian hening terhadap ternak. Daun kelapa sawit bisa diberikan segar distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi, hendak tetapi bila diberikan kian dari 20% butuh pengelolaan awal distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan nilai biologisnya (Winugroho serta Maryati, 1999). Dalam penelitian Batubara (2002), pemberian daun kelapa sawit tanpa lidi sebanyk 40% serta konsentrat memberikan PBBH pada sapi jantan muda sebesar 0,76 kg/ekor serta nilai B/C 1,5.
5. Serat Perasan Serat perasan yaitu hasil ekstraksi minyak sawit, memiliki kandungan gizi serta nilai kecernaan (24-30%) yng rendah menjadikan pemanfaatannya belum tak secuil disarankan (Mathius, et al., 2003) .
6. Tandan Kosong Tandan kosong sawit (TKS) yaitu limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) yng jumlahnya kadar 55-58% dari Tandan buah segar. Pemanfaatannya disarankan agar dicampur yang dengannya bahan pakan lain yng memiliki kualitas. Pemanfaatan tandan kosong distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi Perlu diberikan perlakuan fisik agar diperoleh ukuran yng gampang distribusi atau bisa juga dikatakan buat dikonsumsi ternak (± 2 cm), pemberiannya jeda 30-50%.
7. Batang Sawit Pendapat dari Ginting, et al., (1997), pemanfaatan silase pelepah serta batang kelapa sawit bisa menggantikan 25-50% pakan konsentrat distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak ruminansia. Perlakuan yng bisa di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat mengatasi kekurangan dari pelepah serta batang kelapa sawit yang dengannya proses fermentasi seperti silase, pengolahan yang dengannya perlakuan NaOH serta perlakuan uap. Mathius, et al., (2003) bahwasanya pemberian batang sawit sebanyk 30% serta 70% konsentrat menghasilkan PBBH jeda 0,66-0,72 kg/ekor.
Sumber:
Limbah yng diperoleh dari kebun maupun industri pengolahan kelapa sawit, sudah dinyatakan sejumlah peneliti Amat memberikan manfaat menjdai pakan ternak kian-kian ruminansia serta unggas. Limbah sawit yng bisa dimanfaatkan menjdai bahan pakan ternak yakni berupa daun, pelepah, tandan kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, serta bungkil kelapa sawit. Limbah ini memiliki kandungan bahan kering, protein kasar serta serat kasar yng nilai nutrisinya bisa dimanfaatkan menjdai bahan dasar pakan ternak ruminansia. Andaikan distribusi atau bisa juga dikatakan buat dijadikan pakan ternak unggas butuh di lakukan pengolahan berlebi dahulu semisal fermenasi maupun amoniasi distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan nilai nutrient serta mnurunkan kandungan serat kasarnya.
Kandungan Nutrisi Limbah Kelapa Sawit Bila ditinjau dari segi potensi kandungan gizi/ nutrien limbah sawit Amat memungkinkan distribusi atau bisa juga dikatakan buat dipakai menjdai pakan ternak. Hasil sejumlah penelitian yng dilaporkan menunjukan bahwasanya limbah sawit memiliki kandungan gizi pakan yng bervariasi bergantung jenis limbah. Yang hendak di sajikan kali ini merupakan kandungan nutrientnya:

Peningkatan Kandungan Nutrient Limbah Kelapa Sawit. Pendapat dari Mathius et al., (2003) diketahui bahwasanya sebagian besar limbah kelapa sawit memiliki kandungan serat kasar yng cukup tinggi. Selanjutnya bila yang dibuat limbah kelapa sawit dimanfaatkan distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak bisa memicu kekurangan nutrien menjadikan menurunkan produktivitas. Pendapat dari Sudaryanto (1999) ada empat jenis perlakuan yng bisa di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan kualitas limbah sawit yakni perlakuan fisik, kimia, fisik serta kimia, serta biologi.
Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet ataupun penjemuran/pengeringan ; perlakuan kimia yakni mempergunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca (OH)2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida serta lain-lain; perlakuan fisik serta kimia merupakan menggabungkan kedua cara di buat ; perlakuan biologi di lakukan yang dengannya memperbanyak enzim, jamur, bakteri ataupun lain-lainnya. Perlakuan fisik yng bisa di lakukan pada limbah sawit yakni pencacahan agar seperti ukuran yng kian kecil menjadikan layak distribusi atau bisa juga dikatakan buat dikonsumsi ternak. Perlakuan lain yng bisa di lakukan yakni fermentasi yang dengannya mempergunakan probiotik ataupun starter, pembuatan silase ataupun penguapan.
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Bagi atau bisa juga dikatakan buat Pakan Ternak Pemanfaatan limbah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat pakan ternak ruminansia sudah tak secuil diterapkan. Penggantian dedak padi yang dengannya Lumpur sawit intern ransum sapi perah sampai 100% tak memberi pengaruh pertumbuhan serta produksi susu, malah ada keseringan kadar proteinnya naik (Sutardi, 1991). Penggunaan Lumpur sawit intern pakan domba bisa memberikan tingkat kecernaan protein yng cukup tinggi (Devendra, 1977), selagi pemakaian bungkil inti sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat domba sampai 22 % tak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, daya cerna protein serta retensi nitrogen (Agustin, 1996).
Akan tetapi pemakaian limbah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat pakan ternak unggas Amat dibatasi penyebabnya yaitu oleh nilai gizinya yng rendah (tingginya serat kasar serta adanya protein yng sulit dicerna). Bagi atau bisa juga dikatakan buat peningkatan pemakaian limbah sawit ini intern ransum pakan unggas, Amat butuh di lakukan peningkatan nilai gizinya.

Elisabeth serta Ginting (2003) menunjukan bahwasanya limbah sawit berupa campuran pelepah (60%), lumpur sawit (18%) bungkil inti sawit (18%), dedak (4%), urea (0,4%) serta garam (0,1%) yang dengannya kandungan protein cuma 7,8% memberikan pertambahan bobot hidup sapi jantan sebesar 0,58 kg/hari serta kian ekonomis dibandingkan yang dengannya pakan lain. Batubara et al. (2003) pun menunjukan bahwasanya pemberian pakan mempergunakan daun sawit, lumpur, bungkil inti sawit (diolah ataupun tanpa diolah) memberikan pertambahan bobot hidup kambing Amat nyata kian tinggi (53-77 g/hari; kandungan PK 12-14,5%).
Baca Pun: Penggunaan Kulit Kopi Menjdai Pakan TernakJenis Jenis Limbah Kelapa Sawit 1. Pelepah Sawit Pendapat dari Purba et al., (1997), pelepah sawit diperoleh dari hasil pemangkasan pada era panen maupun pemangkasan yng di lakukan rutin 6 bulan sekali. Pelepah yng diperoleh pada biasanya belum dimanfaatkan secara optimal selagi pendapat dari Sitompul (2003) pelepah sawit yaitu sumber pakan distribusi ternak distribusi atau bisa juga dikatakan buat mensubstitusi pakan hijauan. Selanjutnya pendapat dari Purba et al., (1997) mengacu pada kandungan gizi serta nilai kecernaan pelepah sawit (48%), maka kontribusi energi pelepah sawit diperkirakan cuma mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok menjadikan distribusi atau bisa juga dikatakan buat pertumbuhan, bunting serta laktasi dibutuhkan pakan tambahan menjadikan kekurangan protein serta energi bisa terpenuhi.
Kendala utama yng dihadapi intern pemanfaatan pelepah sawit menjdai pakan ternak merupakan rendahnya protein kasar serta terikatnya serat kasar pada lignin, menjadikan penggunaannya maksimal 50% intern pakan distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak domba ataupun kambing sedang pendapat dari Wan Zahari et al., (2003) pemanfaatan pelepah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak tak melebihi dari 30% serta pemberian pelepah intern waktu panjang menghasilkan kualitas karkas yng baik. Pendapat dari Abu Hasan serta Ishida (1991) yng disitasi Mathius et al., (2003) pemanfaatan pelepah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak ruminansia bisa di lakukan intern bentuk silase yng dikombinasikan yang dengannya bahan lain ataupun konsentrat menjdai campuran
2. Lumpur Sawit Lumpur sawit yaitu limbah yng diperoleh intern proses pemerasan buah sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat menghasilkan minyak sawit kasar ataupun crude palm oil (CPO). Jumlah produksi lumpur sawit Amat bergantung dari jumlah buah sawit yng diolah (Sinurat, 2003). Pemanfaatan lumpur yng diperoleh dari industri pengolahan kelapa sawit masih belum di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat tujuan ekonomi. Pada biasanya lumpur sawit dipakai menjdai penimbun jurang ataupun malah dibuang menjadikan memicu polusi. Pendapat dari Suharto (2003), pemanfaatan lumpur sawit memberikan hasil ganda yakni memperbanyak persediaan bahan pakan serta mengurangi polusi.
Kekurangan dari lumpur sawit yakni tingginya kadar tirta, hal ini bisa jadi yng memicu tak kian disukai. Pemanfaatan lumpur sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak tak mampu tunggal lantaran kandungan energi rendah serta abu yng tinggi menjadikan penggunaannya Perlu dicampur yang dengannya bahan pakan lain (Mathius et al., 2003). Pendapat dari Sinurat (2003) distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan kualitas gizi lumpur sawit bisa di lakukan yang dengannya fermentasi mempergunakan Aspergillus niger. Selanjutnya diketahui bahwasanya yang dibuat yng diperoleh dari proses fermentasi yang dengannya A. niger memiliki kandungan enzim mananase serta selulose. Enzim yng diperoleh selama proses fermentasi diharapkan bisa memecah serat menjadikan seperti molekul karbohidrat yng kian simpel serta menaikan energi yng bisa dimetabolisme oleh ternak.
Penelitian yng di lakukan oleh Widjaja serta Utomo (2001) bahwasanya pemberian solid/ lumpur sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi PO jantan memberikan PBBH yng nyata kian tinggi dibanding pakan kontrol. PBBH yng diperoleh dari sapi yng diberi pakan solid ad libitum serta rumput sebesar 0,77 kg/ekor sedang pemberian 1,5% solid dari BB ternak diperoleh PBBH 0,44 kg/ekor.
Baca Pun: Cara Fermentasi Kulit Singkong Bagi atau bisa juga dikatakan buat Pakan Ternak3. Bungkil Inti Sawit Bungkil inti kelapa sawit merupakan satu dari sekian banyaknya hasil ikutan industri kelapa sawit dimana produksinya cukup metimpah. Lantaran itu upaya penggunaan limbah ini distribusi atau bisa juga dikatakan buat pakan sudah juga di lakukan yaitu menjdai sumber energi ataupun protein. (Devendra, 1977). Akan tetapi demikian bungkil inti ketapa sawit dikenal menjdai pakan yng tak kian disukai ternak lantaran sifatnya yng kering serta kasar semisal pasir serta tingginya serat kasar (Ravindran serta Blair, 1992).

4. Daun Kelapa Sawit Daun kelapa sawit yaitu satu dari sekian banyaknya hijauan yng disukai oleh ternak sapi, daun diperoleh dari tunas panen yng di lakukan era pemanenan tandan buah segar (Sitompul, 2003). Pemanfaatan daun kelapa sawit Perlu dibuang dulu lidinya lantaran hendak memberikan pengaruh tak kian hening terhadap ternak. Daun kelapa sawit bisa diberikan segar distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi, hendak tetapi bila diberikan kian dari 20% butuh pengelolaan awal distribusi atau bisa juga dikatakan buat menaikan nilai biologisnya (Winugroho serta Maryati, 1999). Dalam penelitian Batubara (2002), pemberian daun kelapa sawit tanpa lidi sebanyk 40% serta konsentrat memberikan PBBH pada sapi jantan muda sebesar 0,76 kg/ekor serta nilai B/C 1,5.
5. Serat Perasan Serat perasan yaitu hasil ekstraksi minyak sawit, memiliki kandungan gizi serta nilai kecernaan (24-30%) yng rendah menjadikan pemanfaatannya belum tak secuil disarankan (Mathius, et al., 2003) .
6. Tandan Kosong Tandan kosong sawit (TKS) yaitu limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) yng jumlahnya kadar 55-58% dari Tandan buah segar. Pemanfaatannya disarankan agar dicampur yang dengannya bahan pakan lain yng memiliki kualitas. Pemanfaatan tandan kosong distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak sapi Perlu diberikan perlakuan fisik agar diperoleh ukuran yng gampang distribusi atau bisa juga dikatakan buat dikonsumsi ternak (± 2 cm), pemberiannya jeda 30-50%.
7. Batang Sawit Pendapat dari Ginting, et al., (1997), pemanfaatan silase pelepah serta batang kelapa sawit bisa menggantikan 25-50% pakan konsentrat distribusi atau bisa juga dikatakan buat ternak ruminansia. Perlakuan yng bisa di lakukan distribusi atau bisa juga dikatakan buat mengatasi kekurangan dari pelepah serta batang kelapa sawit yang dengannya proses fermentasi seperti silase, pengolahan yang dengannya perlakuan NaOH serta perlakuan uap. Mathius, et al., (2003) bahwasanya pemberian batang sawit sebanyk 30% serta 70% konsentrat menghasilkan PBBH jeda 0,66-0,72 kg/ekor.
Sumber:
- Agustin, F. 1996. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit (palm kernel cake) intern ransum domba terhadap daya cerna protein serta retensi nitrogen. Jurnal Peternakan serta Lingkungan . 2 (1) : 21-24
- Batubara, L.P. 2003. Potensi integrasi peternakan serta perkebunan kelapa sawit menjdai simpul agribisnis ruminansia. Wartazoa 13 (3): 83-91 . Pusat Penelitian Serta Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian serta Pengembangan Pertanian. Bogor.
- Devendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Malaysian Society of Animal Productions. Serdang Malaysia.
- Ginting, S. P., serta J. Elisabeth. 2003. Teknologi pakan berbahan dasar hasil sampingan perkebunan kelapa sawit. Prosiding Lokakarya Nasional: System Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. P. 129-136.
- Mathius, I. W., D. Sitompul, B.P. Manurung Serta Asmi. 2003. Produk samping tanaman serta pengolahan buah kelapa sawit menjdai bahan dasar pakan komplit distribusi atau bisa juga dikatakan buat: Suatu tinjauan. Pros. Lokakarya Nasional: System Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 120-128.
- Purba, A., S. P. Ginting, Z. Poeloengan, K. Simanihuruk serta Junjungan. 1997. Nilai nutrisi serta manfaat pelepah kelapa sawit menjdai pakan domba. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5 (3) : 161-177.
- Ravindran, V. And R. Blair. 1992. Feed resources for poultry production in Asia and the Pasific II . PlantProtein Sourrces World's . Poult. Sci. J . 48: 206-231
- Sinurat, A. P. 2003. Pemanfaatan lumpur sawit distribusi atau bisa juga dikatakan buat bahan pakan unggas. Wariazoa 13 (2): 39-47 . Lokakarya Pengembangan System Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Banjarbaru, 22- 23 Agusrus 2005. P. 3-9.
- Sitompul, D. 2003. Desain pembangunan kebun yang dengannya system bisnis terpadu ternak sapi Bali. Prosiding Lokakarya Nasional : System Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu, 9-10 September 2003. P. 81-88.
- Sudaryanto, B. 1999. Kesempatan penggunaan daun kelapa sawit menjdai pakan ternak ruminansia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan serta Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998. P. 428- 433
- Suharto. 2003. Pengalaman pengembangan bisnis system integrasi sapi-kelapa sawit di Riau. Prosiding Lokakarya Nasional: System Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. P. 57-63.
- Sutardi. 1991. Aspek nutrisi 5api Bali . Prosiding Seminar Sapi Bali. Fakultas Peternakan UNHAS, Ujung Pandang. Hat. 85-109 .
- Winugroho, M., Serta Maryati. 1999. Kecernaan Daun Kelapa Sawit Menjdai Pakan Ternak Ruminasia. Laporan APBN 1998/1999. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Komentar
Posting Komentar