MAKALAH FILSAFAT ILMU
MAKALAH FILSAFAT ILMU selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi berita merebut. Beberapa berita lainnya bisa kalian dapatkan disini seraya baik.
A. Pengertian Filsafat Ilmu Bagi atau bisa juga dikatakan hendak memahami arti serta makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari sebagian ahli yng terangkum intern Filsafat Ilmu, yng disusun oleh Ismaun (2001)
Didasari pendapat di pada kita mendapatkan gambaran bahwasanya filsafat ilmu jujur teliti kefilsafatan yng ingin menanggapi pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yng ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Yang dengannya kata lain filsafat ilmu jujur bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yng secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, semisal :
C. Substansi Filsafat Ilmu Teliti perihal substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya intern empat bagian, yakni substansi yng berkenaan yang dengannya: (1) fakta ataupun fakta, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi serta (4) logika inferensi.
D. Corak serta Ragam Filsafat Ilmu Ismaun (2001:1) mengungkapkan sebagian corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
KESIMPULAN Filsafat ilmu bukanlah sekedar metodologi maupun tata cara penulisan karya ilmiah. Filsafat ilmu jujur refleksi secara filsafati hendak hakikat ilmu yng tak hendak mengenal titik henti intern menuju sasaran yng hendak dicapai., yakni kebenaran serta fakta. Memahami filsafat ilmu berguna memahami seluk beluk ilmu pengetahuan menjadikan segi-segi serta sendi-sendinya yng paling mendasar, alokasi atau bisa juga dikatakan hendak dipahami juga perspektif ilmu, bisa jadi pengembangannya, keterjalinannya antar [cabang] ilmu yng satu yang dengannya yng lain. Filsafat ilmu butuh disebarluaskan alokasi atau bisa juga dikatakan hendak dikuasai oleh para tenaga pengajar serta peneliti, agar memungkinkan orang-orang alokasi atau bisa juga dikatakan hendak mensublimasikan disiplin ilmu yng ditekuninya ke dataran filsafati sehinga sanggup mikirin spekulasi-spekulasi yng terdalam alokasi atau bisa juga dikatakan hendak menciptakan paradigma-paradigma anyar yng relevan yang dengannya budaya masyarakat bangsanya sendiri.
A. Pengertian Filsafat Ilmu Bagi atau bisa juga dikatakan hendak memahami arti serta makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari sebagian ahli yng terangkum intern Filsafat Ilmu, yng disusun oleh Ismaun (2001)
- Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu intern suatu segi merupakan suatu tinjauan kritis perihal pendapat-pendapat ilmiah matang ini yang dengannya perbandingan terhadap kriteria-kriteria yng dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, hendak tetapi filsafat ilmu terang bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
- Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas serta mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta berupaya mendapatkan serta pentingnya upaya ilmiah menjdai suatu keseluruhan)
- A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yng jujur teliti sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya serta praanggapan-praanggapan, serta letaknya intern kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
- Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan perihal logika interen dari teori-teori ilmiah serta hubungan-hubungan celah percobaan serta teori, yaitu perihal metode ilmiah.)
- May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yng netral secara etis serta filsafati, pelukisan serta penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
- Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu jujur suatu bagian filsafat, yng berupaya berbuat alokasi ilmu apa yng filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman kita-kita. Filsafat melakukan dua jenis hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori perihal kita-kita serta jagat raya dunia, serta menyajikannya menjdai landasan-landasan alokasi keyakinan serta tindakan; di lain pihak, filsafat memilah secara kritis segala hal yng bisa disajikan menjdai suatu landasan alokasi keyakinan ataupun tindakan, salah satunya teori-teorinya sendiri, yang dengannya harapan pada penghapusan ketakajegan serta kesalahan
- Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Menjdai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu berupaya pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yng terlibat intern proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian serta perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, serta seterusnya serta selanjutnya menilai landasan-landasan alokasi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, serta metafisika).

- Obyek apa yng ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yng hakiki dari obyek yang telah di sebutkan? Bagaimana hubungan celah obyek tadi yang dengannya daya tangkap kita-kita yng membuat pengetahuan ? (Landasan ontologis)
- Bagaimana proses yng memungkinkan ditimbanya pengetahuan yng berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yng Perlu diperhatikan agar mendakan pengetahuan yng benar? Apakah kriterianya? Apa yng disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yng membantu kita intern memperoleh pengetahuan yng berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Bagi atau bisa juga dikatakan hendak apa pengetahuan yng berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan celah cara penggunaan yang telah di sebutkan yang dengannya kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yng ditelaah didasari pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan celah teknik prosedural yng jujur operasionalisasi metode ilmiah yang dengannya norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
- Menjdai peranti mencari kebenaran dari segala kejadian yng ada.
- Mempertahankan, menunjang serta melawan ataupun berdiri netral terhadap pandang-an filsafat lain-lainnya.
- Memberikan pengertian perihal cara hidup, pandang-an hidup serta pandang-an dunia.
- Memberikan ajaran perihal moral serta etika yng bermanfaat intern ke hidup-an
- Menjadi sumber inspirasi serta pedoman alokasi atau bisa juga dikatakan hendak ke hidup-an intern banyak sekali aspek ke hidup-an itu sendiri, semisal ekonomi, politik, hukum serta sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
C. Substansi Filsafat Ilmu Teliti perihal substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya intern empat bagian, yakni substansi yng berkenaan yang dengannya: (1) fakta ataupun fakta, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi serta (4) logika inferensi.
- Fakta ataupun fakta
- Positivistik berpandangan bahwasanya sesuatu yng nyata bila ada korespondensi celah yng sensual satu yang dengannya sensual lain-lainnya.
- Fenomenologik menyimpan dua jurusan perkembangan mengenai pengertian fakta ini. Pertama, menjurus ke jurusan teori korespondensi yakni adanya korespondensi celah ide yang dengannya kejadian. Kedua, menjurus ke jurusan koherensi moralitas, kesesuaian celah kejadian yang dengannya system nilai.
- Rasionalistik menganggap suatu menjdai nyata, bila ada koherensi celah empirik yang dengannya skema rasional, serta
- Realisme-metafisik berpendapat bahwasanya sesuatu yng nyata bila ada koherensi celah empiri yang dengannya obyektif.
- Pragmatisme menyimpan pandang-an bahwasanya yng ada itu yng berfungsi.
- Kebenaran (truth)
- Konfirmasi
- Logika inferensi
D. Corak serta Ragam Filsafat Ilmu Ismaun (2001:1) mengungkapkan sebagian corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
- Filsafat ilmu-ilmu sosial yng berkembang intern tiga ragam, yakni : (1) meta ideologi, (2) meta fisik serta (3) metodologi disiplin ilmu.
- Filsafat teknologi yng bergeser dari C-E (conditions-Ends) selaku means. Teknologi bukan lagi dilihat menjdai ends, melainkan menjdai kepanjangan ide kita-kita.
- Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan yang dibuat seni ataupun keindahan menjdai satu dari sekian banyaknya tri-partit, yaitu kebudayaan, yang dibuat domain kognitif serta yang dibuat alasan praktis.
KESIMPULAN Filsafat ilmu bukanlah sekedar metodologi maupun tata cara penulisan karya ilmiah. Filsafat ilmu jujur refleksi secara filsafati hendak hakikat ilmu yng tak hendak mengenal titik henti intern menuju sasaran yng hendak dicapai., yakni kebenaran serta fakta. Memahami filsafat ilmu berguna memahami seluk beluk ilmu pengetahuan menjadikan segi-segi serta sendi-sendinya yng paling mendasar, alokasi atau bisa juga dikatakan hendak dipahami juga perspektif ilmu, bisa jadi pengembangannya, keterjalinannya antar [cabang] ilmu yng satu yang dengannya yng lain. Filsafat ilmu butuh disebarluaskan alokasi atau bisa juga dikatakan hendak dikuasai oleh para tenaga pengajar serta peneliti, agar memungkinkan orang-orang alokasi atau bisa juga dikatakan hendak mensublimasikan disiplin ilmu yng ditekuninya ke dataran filsafati sehinga sanggup mikirin spekulasi-spekulasi yng terdalam alokasi atau bisa juga dikatakan hendak menciptakan paradigma-paradigma anyar yng relevan yang dengannya budaya masyarakat bangsanya sendiri.
Komentar
Posting Komentar