Pemeriksaan Parasit Pada Feses
Pemeriksaan Parasit Pada Feses menjelma pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi penerangan mengutip. Beberapa penerangan lainnya bisa kalian dapatkan disini demi baik.
Penyakit parasit pada hewan sepantasnya penyakit yng bisa memberi pengaruh produktivitas ternak serta biasanya tak memicu kematian, mau tetapi bersifat menahun yng bisa menghasilkan kekurusan, lemah serta turunnya daya produksi (Levine serta Norman, 2001). Identifikasi parasit yng benar memerlukan pengalaman intern membedakan sifat menjdai spesies, parasit, kista, telur, larva, serta pun memerlukan pengetahuan ihwal banyak sekali bentuk pseudoparasit serta artefak yng siapa tahu dikira suatu parasit. Identifikasi parasit pun bergantung pada persiapan bahan yng baik paruh atau bisa juga dikatakan buat pemeriksaan baik intern keadaan hidup maupun sediaan yng sudah di pulas. Bahan yng mau di periksa bergantung dari jenis parasitnya, paruh atau bisa juga dikatakan buat cacing ataupun protozoa usus maka bahan yng mau di periksa merupakan tinja ataupun feses, sedangkan parasit darah serta jaringan yang dengannya cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis. Feses merupakan sisa hasil pencernaan serta absorbsi dari makanan yng kita makan yng dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari tirta, makanan tak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri serta bahan patologis, Jenis makanan atau gerak peristaltik memberi pengaruh bentuk, jumlah maupun konsistensinya yang dengannya frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu. Pemeriksaan feses ( tinja ) merupakan satu dari sekian banyaknya pemeriksaan laboratorium yng sudah lama dikenal paruh atau bisa juga dikatakan buat membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun era ini sudah berkembang banyak sekali pemeriksaan laboratorium yng modern , intern separuh kasus pemeriksaan feses masih diharapkan serta tak bisa digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai macam-macam penyakit yng memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yng benar atau pemeriksan serta interpretasi yng benar mau memilih ketepatan diagnosis yng di lakukan oleh klinisi. Didasari gejala klinis serta dari pemeriksaan umum serta khusus. Di lakukan pun pemeriksaan feses serta pemeriksaan darah paruh atau bisa juga dikatakan buat mendukung hasil diagnosis. Pemeriksaan feses bisa di lakukan yang dengannya metode natif, metode sentrifuse, metode Parfitt and Banks, ataupun metode McMaster
1. Metode Natif Pemeriksaan feses bisa di lakukan yang dengannya metode kualitatif serta kuantitatif. Satu dari sekian banyaknya metode kualitatif merupakan metode natif. Metode natif dipergunakan paruh atau bisa juga dikatakan buat pemeriksaan secara cepat serta baik paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi berat, mau tetapi paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi ringan sulit didapati telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini mempergunakan larutan lugol ataupun eosin 2%. Penggunaan eosin dimaksudkan paruh atau bisa juga dikatakan buat makin terperinci membedakan telur-telur cacing yang dengannya kotoran di sekitarnya. Kelebihan metode ini merupakan gampang serta cepat intern pemeriksaan telur cacing seluruh spesies, biaya yng diharapkan tak banyak, atau perlengkapan yng dipakai pun tak banyak. Sedangkan kekurangan metode ini merupakan dilakukannya cuma paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif di lakukan yang dengannya cara mencampur feses yang dengannya tak banyak tirta serta meletakkannya di bagi gelas obyek yng ditutup yang dengannya deckglass serta menyaring di bawah mikroskop.
2. Metode sentrifus Metode sentrifus di lakukan yang dengannya cara 2 gram feses yng mau diperiksa ditaruh intern mortir, serta ditambahkan tak banyak tirta ke dalamnya lantas diaduk sampai larut. Larutan ini dituangkan ke intern tabung sampai ¾ tabung serta disentrifuse selama 5 menit. Hasil dari proses sentrifuse merupakan cairan jernih serta endapan. Cairan jernih diatas endapan yang telah di sebutkan dibuang serta menjdai gantinya dituangkan NaCl jenuh di bagi endapan sampai ¾ tabung. Larutan ini diaduk sampai merata serta disentrifuse lagi selama 5 menit. Sesudah disentrifuse tabung yang telah di sebutkan diletakkan diatas rak yang dengannya posisi tegak serta ditambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan cairan menjelma cembung, diamkan selama 3 menit. Bagi atau bisa juga dikatakan buat memperoleh telur cacing, obyek gelas diletakkan pada permukaan yng cembung serta dibalik yang dengannya hati-hati, lantas ditutup yang dengannya deckglass serta periksa dibawah mikroskop yang dengannya perbesaran 10×10.
3. Metode Mc.Master Penghitungan jumlah telur cacing serta oosista yng dieliminasikan per gram tinja di lakukan yang dengannya metode Mc.Master. Metode ini di lakukan yang dengannya mencampurkan 1 gram tinja yang dengannya aquadestilata sampai volumenya mencapai 15 ml serta diaduk yang dengannya pengaduk (magnetik stirrer) sampai merata. Sementara menunggu meratanya campuran tadi, dobel obyek gelas disiapkan serta diisi yang dengannya larutan gula jenuh sebanyk 0,3 ml mempergunakan spuit ukuran 1 cc. Dalam keadaan teraduk larutan tinja diambil sebanyk 0,3 ml serta dimasukkan intern dobel obyek gelas yng sudah berisi larutan gula jenuh tadi. Campuran tinja serta gula jenuh ini diaduk yang dengannya jarum sampai merata serta didiamkan selama 3 menit. Dobel obyek gelas ini diperiksa dibawah mikroskop yang dengannya perbesaran 10×10 serta telur cacing atau oosista yng menempel pada obyek gelas yng terhitung dikalikan 50.
4. Metode Parfitt and Banks Metode ini dipakai paruh atau bisa juga dikatakan buat memperoleh ada tidaknya telur cacing pada feses (tinja) yang dengannya mempergunakan uji endap (sedimentasi), yang dengannya prosedur memungut 3 gram feses (tinja) serta digerus yang dengannya morir. Lalu campuran yang telah di sebutkan dimasukkan ke intern tabung reaksi sampai setinggi 1 cm dari mulut tabung serta didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan diambil yang dengannya pipt tetes menjadikan tinggal endapan saja. Lantas ditambahkan tirta pada endapan tadi setinggi 1 cm dari mulut tabung serta dikocok. Lalu didiamkan lagi selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang, lalu diteteskan NaOH 10% sebanyk 3 tetes serta ditambah aquadest setinggi 1 cm dari mulut tabung, dikocok serta didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang lagi. Lantas diteteskan methylen blue sebanyk 3 tetes serta diaduk. Lalu diambil endapan yng paling bawah serta diletakkan di bagi gelas objek serta lantas diperiksa di bawah mikroskop (10 x 10).
Penyakit parasit pada hewan sepantasnya penyakit yng bisa memberi pengaruh produktivitas ternak serta biasanya tak memicu kematian, mau tetapi bersifat menahun yng bisa menghasilkan kekurusan, lemah serta turunnya daya produksi (Levine serta Norman, 2001). Identifikasi parasit yng benar memerlukan pengalaman intern membedakan sifat menjdai spesies, parasit, kista, telur, larva, serta pun memerlukan pengetahuan ihwal banyak sekali bentuk pseudoparasit serta artefak yng siapa tahu dikira suatu parasit. Identifikasi parasit pun bergantung pada persiapan bahan yng baik paruh atau bisa juga dikatakan buat pemeriksaan baik intern keadaan hidup maupun sediaan yng sudah di pulas. Bahan yng mau di periksa bergantung dari jenis parasitnya, paruh atau bisa juga dikatakan buat cacing ataupun protozoa usus maka bahan yng mau di periksa merupakan tinja ataupun feses, sedangkan parasit darah serta jaringan yang dengannya cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis. Feses merupakan sisa hasil pencernaan serta absorbsi dari makanan yng kita makan yng dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari tirta, makanan tak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri serta bahan patologis, Jenis makanan atau gerak peristaltik memberi pengaruh bentuk, jumlah maupun konsistensinya yang dengannya frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu. Pemeriksaan feses ( tinja ) merupakan satu dari sekian banyaknya pemeriksaan laboratorium yng sudah lama dikenal paruh atau bisa juga dikatakan buat membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun era ini sudah berkembang banyak sekali pemeriksaan laboratorium yng modern , intern separuh kasus pemeriksaan feses masih diharapkan serta tak bisa digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai macam-macam penyakit yng memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yng benar atau pemeriksan serta interpretasi yng benar mau memilih ketepatan diagnosis yng di lakukan oleh klinisi. Didasari gejala klinis serta dari pemeriksaan umum serta khusus. Di lakukan pun pemeriksaan feses serta pemeriksaan darah paruh atau bisa juga dikatakan buat mendukung hasil diagnosis. Pemeriksaan feses bisa di lakukan yang dengannya metode natif, metode sentrifuse, metode Parfitt and Banks, ataupun metode McMaster
1. Metode Natif Pemeriksaan feses bisa di lakukan yang dengannya metode kualitatif serta kuantitatif. Satu dari sekian banyaknya metode kualitatif merupakan metode natif. Metode natif dipergunakan paruh atau bisa juga dikatakan buat pemeriksaan secara cepat serta baik paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi berat, mau tetapi paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi ringan sulit didapati telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini mempergunakan larutan lugol ataupun eosin 2%. Penggunaan eosin dimaksudkan paruh atau bisa juga dikatakan buat makin terperinci membedakan telur-telur cacing yang dengannya kotoran di sekitarnya. Kelebihan metode ini merupakan gampang serta cepat intern pemeriksaan telur cacing seluruh spesies, biaya yng diharapkan tak banyak, atau perlengkapan yng dipakai pun tak banyak. Sedangkan kekurangan metode ini merupakan dilakukannya cuma paruh atau bisa juga dikatakan buat infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif di lakukan yang dengannya cara mencampur feses yang dengannya tak banyak tirta serta meletakkannya di bagi gelas obyek yng ditutup yang dengannya deckglass serta menyaring di bawah mikroskop.
2. Metode sentrifus Metode sentrifus di lakukan yang dengannya cara 2 gram feses yng mau diperiksa ditaruh intern mortir, serta ditambahkan tak banyak tirta ke dalamnya lantas diaduk sampai larut. Larutan ini dituangkan ke intern tabung sampai ¾ tabung serta disentrifuse selama 5 menit. Hasil dari proses sentrifuse merupakan cairan jernih serta endapan. Cairan jernih diatas endapan yang telah di sebutkan dibuang serta menjdai gantinya dituangkan NaCl jenuh di bagi endapan sampai ¾ tabung. Larutan ini diaduk sampai merata serta disentrifuse lagi selama 5 menit. Sesudah disentrifuse tabung yang telah di sebutkan diletakkan diatas rak yang dengannya posisi tegak serta ditambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan cairan menjelma cembung, diamkan selama 3 menit. Bagi atau bisa juga dikatakan buat memperoleh telur cacing, obyek gelas diletakkan pada permukaan yng cembung serta dibalik yang dengannya hati-hati, lantas ditutup yang dengannya deckglass serta periksa dibawah mikroskop yang dengannya perbesaran 10×10.
3. Metode Mc.Master Penghitungan jumlah telur cacing serta oosista yng dieliminasikan per gram tinja di lakukan yang dengannya metode Mc.Master. Metode ini di lakukan yang dengannya mencampurkan 1 gram tinja yang dengannya aquadestilata sampai volumenya mencapai 15 ml serta diaduk yang dengannya pengaduk (magnetik stirrer) sampai merata. Sementara menunggu meratanya campuran tadi, dobel obyek gelas disiapkan serta diisi yang dengannya larutan gula jenuh sebanyk 0,3 ml mempergunakan spuit ukuran 1 cc. Dalam keadaan teraduk larutan tinja diambil sebanyk 0,3 ml serta dimasukkan intern dobel obyek gelas yng sudah berisi larutan gula jenuh tadi. Campuran tinja serta gula jenuh ini diaduk yang dengannya jarum sampai merata serta didiamkan selama 3 menit. Dobel obyek gelas ini diperiksa dibawah mikroskop yang dengannya perbesaran 10×10 serta telur cacing atau oosista yng menempel pada obyek gelas yng terhitung dikalikan 50.
4. Metode Parfitt and Banks Metode ini dipakai paruh atau bisa juga dikatakan buat memperoleh ada tidaknya telur cacing pada feses (tinja) yang dengannya mempergunakan uji endap (sedimentasi), yang dengannya prosedur memungut 3 gram feses (tinja) serta digerus yang dengannya morir. Lalu campuran yang telah di sebutkan dimasukkan ke intern tabung reaksi sampai setinggi 1 cm dari mulut tabung serta didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan diambil yang dengannya pipt tetes menjadikan tinggal endapan saja. Lantas ditambahkan tirta pada endapan tadi setinggi 1 cm dari mulut tabung serta dikocok. Lalu didiamkan lagi selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang, lalu diteteskan NaOH 10% sebanyk 3 tetes serta ditambah aquadest setinggi 1 cm dari mulut tabung, dikocok serta didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang lagi. Lantas diteteskan methylen blue sebanyk 3 tetes serta diaduk. Lalu diambil endapan yng paling bawah serta diletakkan di bagi gelas objek serta lantas diperiksa di bawah mikroskop (10 x 10).
Komentar
Posting Komentar